BeritadefaultKhazanah

AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH DAN MU`TAZILAH

AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH BID`AH KHURAFAT || H. DJARNAWI HADIKUSUMA

AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH DAN MU’TAZILAH

AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH BID`AH KHURAFAT || H. DJARNAWI HADIKUSUMA

 

Meskipun perkumpulan yang menggerakkan tajdid itu adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sebenarnya dan haqiqi, tetapi telah dimasyhurkan sebagai golongan yang keluar Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan ada yang mengatakan mereka itu golongan Mu’tazilah.

Marilah ditinjau pula siapakah golongan Mu’tazilahitu. Kata-kata “Mu’tazilah” berarti “mengasingkan diri” atau dapat diartikan “golongan yangdiasingkan”. Golongan Mu’tazilah itu bukan diasingkan dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena pada waktu itu belum lahir istilah “Ahlus Sunnah wal Jama’ah”, tetapi diasingkan atau dikeluarkan dari pesantren atau pengikut Imam Hasan Basri yang wafat tahun 116 H.

Pada awal abad kedua Hijrah, Imam Hasan Basri berselisih pendapat dengan muridnya yang bernama Washil bin ‘Atho’ (wafat tahun 131 H), tentang “orang Islam yang mengerjakan dosa besar termasuk kafir atau mukmmin”. Washil bin “Atho’ berpendapat bahwa orang yang semacam itu tidak mukmin dan tidak kafir, tempatnya berada di tengah-tengah antara dua kedudukan. Karena pendapatnya itu, ia diasingkan dari kalangan murid-muridnya hingga menimbulkan geraklaran “mu’tazilah” bagi Washil bin “Atho’ dan pengikutnya.

Ternyata bahwa istilah “mu’tazilah” lebih tua dari pada istilah “Ahlus Sunnah wal Jama’ah”.

Setengah dari pendapat golongan Mu’tazilah antara lain ialah bahwa perilak manusia itu terlepas dari takdir Allah, artinya Allah memberikan kebebasan mutlak kepada manusia untuk menentukan dan bertindak. Pendapat ini dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai ada orang yang menyalahkan Allah karena takdirkan dia jahat atau sengsara. Golongan Mu’tazilah juga berpendapat bahwa Allah sama sekali tidak mempunyai sifat seperti yang diajarkan oleh para ulama. Keadaan Allah tidak disifati oleh manusia, yang qadiem dan kekal hanyalah dzat Allah. Oleh karena itu Al-Qur’an juga tidak qadiem, melainkan huduts dan adanya ialah sejak difirmankan Allah. Dengan demikian Al-Quran itu makhluk.

Kemudian pada akhir abad ketiga Hijrah, seorang ulama besar bernama Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari (lahir tahun 266, wafat 330 H) seorang Mu’tazilah dan murid dari Al-Jubai, keluar dari golongan Mu’tazilah setelah berselisih paham dengan gurunya itu. Sesudah itu beliau dengan para pengikutnya berusaha keras menentang dan memberantas ajaran Mu’tazilah. Di antara pengikutnya terdapat ulama-ulama terkenal seperti Abul Hasan bin Faurok, Qadli Abu Bakar al-Baghilani, Imam Ghazali, Imam Fachrurrazy, dan lainnya. Golongan baru ini bertambah maju dan akhirnya dinamakan orang golongan “Ahlus Sunnah wal Jama’ah”.

Golongan ini menolak ajaran Mu’tazilah yang semata-mata berdasarkan akal dan terpengaruh oleh sifat filsafat Yunani. Tetapi juga tidak semata-mata membuang akal di dalam memahami ayat Quran yang mengenai I’tiqad. Maka dapat dikatakan bahwa Abul Hasan al-Asy’ari meletakkan dasar jalan-tengah antara paham-kolot dan ekstrim rationalism.

Orang tidak boleh melupakan bahwa golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu sebenarnya golongan Abul Hasan Al-Asy’ari, dalam persoalan i’tiqad ketuhanan bukan dalam masalah furu’ atau hukum-hukum fekih. Tetapi kemudian orang meminjam istilah itu untuk golongan madzhab dalam furu’ atau hukum fekih, yang tentang itu telah dijelaskan sejelas-jelasnya di atas.

Mengenai golongan Mu’tazilah, apakah gerakan tajdid termasuk termasuk di dalammya? Golongan tajdid tetap beri’tiqadbahwa Allah mempunyai semua semua sifat kesempurnaan dan mahasuci dari sifat kekurangan. Mereka beriman kepada qadla’ dan taqdir Allah. Mengi’tiqadkan bahwa Al-Quran itu kalam Allah, firman Allah, qadiem dan abasi, jadi jelas bahwa kalau kita memasuki atau menyokong gerakan tajdid itu sangat utama sekali dan kita bukan Mu’tazilah, tetapi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan paham tajdid tidak setuju kepada paham Mu’tazilah karena paham Mu’tazilah sangat merusak dan berbahaya.

Paham Mu’tazilah yang paling berbahaya agaknya ialah i’tiqad bahwa Al-Quran itu tidak qadiem maka ia makhluk. Barang paham ini datang dari pengikut Origenes (185-254) dalam sejarah teologi Kristen, yang menyatakan bahwa Kalam Allah itu emanasi (pancaran) pertama dari Tuhan, dari bersifat makhluk dan tidak kekal. Kemudian paham itu diterima oleh kaum Mu’tazilah dan diterapkan dalam teologi Islam. Sampai berapa besar bahayanya dapat kita lihat dalam susunan di bawah ini:

  1. Sesuatu yanga tidak qadiem tentu huduts.
  2. Seseuatu yang huduts tentu makhluk.
  3. Setiap makhluk tentu fana, (berakhir).
  4. Jika Quran tidak qadiem tentu huduts.
  5. Karena Quran huduts maka dia makhluk.
  6. Karena Quran itu makhluk maka akhirnya mesti fana.

Demikianlah paham Mu’tazilah, jika dilanjutkan secara logis, akan mengakibatkan sampainya orang kepada i’tiqad bahwa Quran memang praktis benar-benar hilang meskipun mushafnya memenuhi lemari dan lafalnya dibaca orang.

Jika Quran itu fana’ maka arti kefanaanya itu ada dua macam:

  1. Tidak ada lagi orang yang hafal dan tidak terdapat lagi tulisannya atau mushafnya.
  2. Masih ada orang yang hafal dan atau masih ada tulisannya meskipun sering dibaca orang, tetapi tidak ada yang memahami isinya dan maksudnya.

Dalam sejarah perkembangannya, umat telah mengalami zaman di mana:

  1. Ada pelarangan menterjemahkan dan mentafsirkan Quran. Karena sudah tafsirnya dibuat oleh ulama yang lewat.
  2. Mewajibkan taqlid kepada madzhab, sehingga tidak perlu lagi mengetahui dalil dan ayat-ayatQuran yang menjadi alasanhukum. Dasarnya ialah: “dalil muqollid huwa qaulul mujtahid”, yang maksudnya bahwa orang cukup berdalil kepada perkataan ulama-mujtahid, tidak usah menela’ah Quran.
  3. Menterjemahkan Quran dianggap sebagai perbuatan yang menyerupaiorang Kristen (Protestan) sehingga masuk golongan Kristen pula dengan dalil hadits: “man tasya-baha biqaumin fahuwa minhum”, artinya: siapa menyerupai sesuatu kaum, maka dia termasuk kaum itu.

Jika beralasan semacam tersebut di atas itu dita’ati oleh seuruh umat Islam dan berhasil, maka kita sekarang ini akan mendengar Quran di baca dan dilagukan orang tetapi tak seorangpun mengerti maksudnya, Quran menjadi fana menurut pengertiankedua: Jadi sama saja dengan akibat dari paham Mu’tazilah yang berbahaya itu.

Tetapi rahmat Allah berlangsung terus dengan memelihara dan menjaga Al-Quran dari kefanaan pertama dan keddua dan segala macam kefanaan dan pemalsuan, dan dari segala bencana dari paham Mu’tazilah baik dengan sengaja maupun tidak, langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah mengampuni dan menunjuki mereka.

Demikian rahmat Allah berlangsung terus dengan membangkitkan orang-orang yang sadar dan beramal, untuk mengembalikan perhatian umat Islam kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul, ialah orang-orang yang memperbaharui I’tiqad dan ‘amal kaum Muslimin agar kembali berdasarkan Quran dan Sunnah, abad demi abad, di segenap penjuru dunia ini.

Demikianlah, dengan wajar dan apa adanya tidak berlebih-lebhan sedikitpun, ternyata bahwa golongan yang menggerakkan tajdid itu adalah golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, baik dalam bidang furu’ maupun dalam bidang beramal saleh dan jihad.

Dengan mengembalikan segala perkara agama dan semua perikehidupan umat kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul, kita semua dapat bersatu teguh di dalam ikatan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, di bawah naungan dan petunjuk yang asli murni dari Allah dan Rasul-Nya Muhammad shalallahu ‘alaihi wasllam. Nabi dan Rasul terakhir yang menjadi rahmat kepada seluruh alam, dan dengan tetap berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul itu kita pasti tidak akan sesat, tidak akan keliru.

Wasiyat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

“Aku telah tinggalkan untukmu dua perkara yang jika kamu sekalian pegang teguh, kamu tidak akan sesat: yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (Riwayat Hakim dari Ibnu ‘Abbas).

Sekian semoga Allah memberi taufiq kepada segenap kaum Muslimin dan kepada pembinaan Negara dan Masyarakat adil makmur diridlai Allah. Amien.

 

Baca juga : AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker