BeritadefaultKhazanah

AKHLAK PADA ZAMAN K. H. AHMAD DAHLAN

Part 5 Buku : Analisis Akhlak Dalam Perkembangan MuhammadiyahOleh : Prof. K. H. Farid Ma’ruf

AKHLAK PADA ZAMAN K. H. AHMAD DAHLAN

Part 5 Buku : Analisis Akhlak Dalam Perkembangan Muhammadiyah

Oleh : Prof. K. H. Farid Ma’ruf

 

Kini mulailah kami akan membahas dan mempersoalkan tentang 

Analisah Akhlak Dalam Perkembangan Muhammadiyah :

Muhammadiyah dalam perkembangannya dilihat dari segi akhlak, dapat kami bagi dalam tiga zaman.

  1. Zaman K.H. Ahmad Dahlan pendiri dan pembangun Muhammadiyah sejak tahun berdirinya pada tgl. 8 Djulhijjah 1330 yang bertepatan dengan tgl. 18 November 1912, sehingga hari wafatnya pada tgl. 23 Februari 1923. Meskipun K.H. Ahmad Dahlan tidak meninggalkan tulisan yang mengenai akhlak, akan tetapi kalau kita ketahui dan selidiki tentang
  2. Perjalanan hidup beliau
  3. Sifat gerak Muhammadiyah pada zamannya, kita dapat menyimpulkan aspek akhlak yang timbul dan berkembang pada masa itu.
  4. Zaman K.H. Mas Mansur dikala ia mejadi ketua Pengurus Besar Muhammadiyah sejak tahun 19337 sampai tahun 1943 yang mana beliau telah mengemukakan ide dan fikirannya tentang akhlak yang telah dibukukan dengan nama “Langkah Muhammadiyah periode K.H. Mas Mansur” Akhlak yang beliau kemukakan itu dimaksudkanagar mejadi perhiasan bagi jiwa kaum Muhammadiyah dan dilakukannya menurut semestinya.
  5. Zaman Ki Bagus Hadikusuma diwaktu beliau menjadi ketua Pengurus Besar Muhammadiyah mulai th. 1943 sehingga tahun 1953. Beliau telah menyusun beberapa buku, diantaranya buku ang bernama “Pustaka Ihsan” dengan bahsa Jawa, yang mempersoalkan tentang akhlak manusia terutama akhlak para pemimpin.

Akhlak Pada Zaman K.H. Ahmad Dahlan

Telah kami katakan bahwa K.H. Ahmad Dahlan tidak meninggalkan tulisan yang mengenai akhlak, akan tetapi kami mengetahui akhlak beliau dari cerita orang-orang tua yang mengetahui dan mengalami pada masa pertumbuhan Muhammadiyah. Hanya saja sebagaimana lainnya, cerita-cerita itu kadang-kadang berbeda satu dengan lainnya, sehingga untuk mencari yang lebih cocok dengan kejadian yang sebenarnya menghajatkan pada penyelidikan dan pertimbangan yang saksama.

Menurut keterangan para pemimpin Muhammadiyah yang tua-tua yang selalu mengikuti perjalanan hidup K.H. Ahmad Dahlan, ternyata bahwa semula beliau itu adalah seorang guru agama dan chatib masjid besar di Kauman Jogjakarta.

Ilmu agama dan ilmu hisab/falak didapatkan dari tanah suci Mekah dan para Kyahi di Indonesia. Beliau K.H. Ahmad Dahlan disamping seorang ‘alim  tentang agama, juga seorang pedagan batik yang jujur. Dengan membawa dagangan batik beliau sering bepergian kebeberapa tempat, sambil melihat dan mengetahui keadaan masyarakat Islam di Indonesia. Beliau mengetahui bahwa ummat Islam pada waktu kekuasaan Belanda itu diliputi oleh kebodohan, kebekuan berfikir, kemiskina dan kemalasan. Timbul keinginan beliau untuk membebaskan ummat Islam dari alam kebodohan, kebekuan, kemiskinan dan kemalasan, kealam pengetahuan, kebebasan berfikir, kemakmuran, semangat beramal saleh dan gembira bekerja untuk mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.

Keingnan itu lebih maju lagi setelah beliau sering kali membaca buku-buku karangan Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Rosyid Ridha (Tiga serangkai yang menjadi pembangun dan penggerak ummat Islam sedunia). Buku-buku karangan tiga serangkai itu berkesan dalam hati sanubarinya, sehingga beliau bergerak dan tampil kemuka untuk membangun kembali kemurnian Agama Islam dengan medirikan persyarikatan Muhammadiyah. Apa yang kami katakan ini. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh C.A.O. Van Nieuwenhuize dalam bukunya yang bernama: “Aspects of Islam in Post-Colonial Indonesia” halaman 45 : Following the example set by Muhammad Abduh’s group in Egypt, Kiyahi Haji Ahmad Dahlan, of Jogjakarta, Java, founded his Muhammadiyah movement (1912). Setting out from a somewhat apologetically rationalist interpretation of orthodoz Islamic doctrine, this movement put “modern” Islam into practice by building up a network of schools (with a curriculum comparing favourably with that of the goverment schools-given the primary aim of giving dae attention to teaching directly concerned with matters Islamic), policlinics, a boy – scout organization and a women’s organization. In so doing, it met with a relatively wide response from the musim masses.”

(Sesuai dengan teladan yang telah dilakukan oleh golongan Muhammad Abduh di Mesir, di Jogjakarta Jawa. K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada th. 1912, menyalurkan pentafsirann yang disesuaikan dengan  akan atas ajaran-ajaran Islam yang murni, maka gerakan ini mulai melaksanakan ajaran-ajaran Islam secara modern dengan medirikan rangka-rangka perguruan yang susunan pelajaran-pelajarannya banyak sesuai dengan sekolah-sekolah pemerintah, danpada pokoknya ditujukan kepaa pengajaran yang langsung mengenal soal-soal ke Islaman serta mendirikan rumah sakit, organisasi kepanduan dan wanita. Dalam berbuat yang demikian, Muhammadiyah mendapat sambutan secara luas menurut kadarnya dari masyarakat Islam).

Didalam memimpin dan memperbaiki masyarakat Islam dan didalam bergaul dengan pemimpin Perhimpunan Budiutomo dan Partai Syarikat Islam, K.H. Ahmad Dahlan tertampak akhlak kebijaksanaannya, karena ia selalu meletakkan sesuatu ditempat yang semestinya, melakukan sesuatu perkara dengantidak tergesa-gesa danselalu mempergunakan kecerdasan akalnya.

K.H. Ahmad Dahlan dapat mengekang hawa nafsunya dengan ketertiban akalnya, tidak mengharap-harap pemberianorang lain, akan tetapi malahan sering memberi kepada orang yang membutuhkan, bahkan pernah mendermakan sebagian besar darihak miliknya kepada Persyarikatan Muhammadiyah. Disini kelihatan dengan jelas akhlak keperwiraan dan kedeermawaannya.

Diwaktu menggerakkan Muhammadiyah beliau seringkali menghadapi ejekan, cercaan bahkan ancaman, akan tetapi beliau tidak mundur setapakpun dan ancaman itu dihadapi dengan tabah dan teguh hati. Pernah beliau akan bertabligh menyampaikan seruan Allah ke Bondowoso. Sebelum berangkat beliau menerima ancaman akan dipukul kalau samapi berani menginjak tanah Bondowoso untuk kedua-kalinya. Surat ancaman itu malahan mendorong beliau untuk berangkat ke Bondowoso pada waktunya, karena kebeerangkatannya itu semata-mata untuk melakukan kewajiban dari Allah dan menyampaikan kebenaran kepada masyarakat ramai. Dari tindakan beliau itu kelihatanlah akhlak kebenarannya, karena ia selalu berani melahirkan pendapatnya dan apa yang ia yakin akan kebenarannya, meskipun harus menghadapi bahaya.

K.H. Ahmad Dahan selalu menuntutkan hak-hak orang fakir miskin dari orang-orang kaya, sehingga akhirnya menggerakkan  zakat dan zakat fitrah, dengan maksud menegakkan keadilan; karena adil itu ialah  memberikan hak kepada yang mepunyai hak itu.

Disamping itu, kelihatan di atas papantulis didekat tempat tidurnya suatu tulisan yang ditujukan kepad dirinya, yang menunjukkan cintanya kepada Allah dengan mengekang hawa nafsunya dan kasih sayangnya kepada masyarakat manusia. Tulisan itu berbunyi demikian:

Hai Dahlan, sesungguhnya periara yang menakutkan lebih besar dan hal-hal yang sangat buruk telah berada dihadapanmu, dan pasti engkau akan melihatnya, mungkin engkau akan selamat atau tewas.

Hai Dahlan, kirakanlah dirimu didunia ini sendri beserta Allah, dan dimukamu mati, pembalasan, pemeriksaan, surga dan neraka. Dan fikirlah apa yang mendekati engkau dari sesuatu yang ada dimukamu (mati), dan tinggalkan selainnya itu.

Mereka yang suka kepada dunia, sama mendapat diploma, padahal tanpa sekolah. Akan tetapi mereka yang bersekolah karena suka akhirat, tidak pernah naik kelasnya, padahal mereka bersungguh-sungguh. Hal ini menggambarkan orang yang celaka didunia dan akhirat, karena tidak mau mengekang hawa nafsunya. Apakah engkau tidak melihat orang yang mempertuhankan hawanafsunya?

Inilah sedikit dari perjalanan hidup K.H. Ahmad Dahlan dilihat dari segi akhlak.

Kini kita lihat sifat gerak Muhammadiyah yang beliau pimpin. Sifat ini ialah:

  1. Dalam langkah-langkahnya Muhammadiyah bersifat membaharui atau tajdid. Dengan diselaraskan atas dasar-dasar Islam yang murni, Muhammadiyah mengajak berpikir lebih jauh kemuka mempunyai pandangan untuk dimasa yang akan datang. Muhammadiyah tidak saja mengikuti zaman, bahkan boleh dikatkan mendahului zaman. Akibatnya memang Muhammadiyah mendapat permusuhan pada waktu itu, tetapi akhirnya masyarakat membenarkan dan dengan diam-diam mencontohnya.
  2. Dalam mengajak tuntunan Islam, baik yang bersifat keimanan maupun yang berwujud peribadatan dan amalan-amalan lainnya pada masyarakat, Muhammadiyah mendasarkan atas rasa kasih sayang. Melihat kepada orang-orang yang belum menerima atau menjalankan agama. Muhammadiyah atas dasar kasih sayang mereka wajib untuk mengajak mereka itu. Apabila mereka itu menerima ajakannya, Muhammadiyah bersyukur karena mereka itu menjadi bahagia. Dan bila mereka itu belum menerima, Muhammadiyah pun tidak akan berputus asa. Muhammadiyah mengajak terus sebab mengajaknya hanyalah karena Allah. Bukan karena senang untuk diikuti dan tidak pula susah karena ditolak.
  3. Dalam menjalankan amalan-amalan Islam, Muhammadiyah selalu mengusahakan rasa kegembiraan. Jangan samapai orang merasa susah dan berat serta merasa hina karena menjalankan perintah-peritah agama. Kegembiraan itu diushakan benar-benar, baik dalam kalangan anggota ataupun dalam kalangan pengurus, dalam kalangan anggota ataupun dalan kalangan kaum keluarga Muhammadiyah umumnya. Akhirnya keluarga Muhammadiyah itu sendiri menjadi gembira dalam bertabligh, dalam bersedekah, dalam mendirikan langgar, sekolah, rumah sakit, dalam berkorban, berfitrah dan demikian seterusnya.
  4. Dalam hubungan pergaulan bersama keluarga Muhammadiyah, terasa benar nikmat kekeluargaannya. Karena sesama keluarga Muhammadiyah, seorang dengan yang lain seolah-olah sebagai saudara kandung. Perbedaan ilmu, perbedaan kekayaan perbedaan pangkat, bahkan perbedaan kota, daerah dan suku, sama sekali tak dapat menimbulkan rasa perpisahan dan perbedaan. Karena kekeluargaan yang sedemikian eratnya itu, terasa sekali betapa nikmat dan lezatnya hidup dalam Muhammadiyah.

Kesimpulan

Melihat dari:

  1. Perjalanan hidup K.H. Ahmad Dahlan.
  2. Bersifat gerak Muhammadiyah pada zamannya, yang baru kami jelaskan dengan singkat.

Dapat kami simpulkan bahwa K.H. Ahmad Dahlan dan pengikut-pengikutnya pada waktu itu mempunyai akhlak yang menonjol dan moral yang  tertampak. Diantara ahklak-akhlak itu ialah:

  1. Bijaksana, berarti meletakkan sesuatu ditempat yang semestinya, melakukan sesuatu perkara dengan tidak tergesa-gesa dan selalu mempergaunakan akal fikirannya.
  2. Perwira yakni mengekang hawanafsunya dengan ketertiban akalnya.
  3. Dermawan, berarti tidak kikir dan tidak boros, tetapi tengah-tengah diantara kedua keburukan itu.
  4. Berani, yakni tengah-tengah antara takut dan membabi buta; dan sanggup melahirkan pendapatnya dan apa ia yakin akan kebenarannya, meskipun harus menghadapi marabahaya.
  5. Benar, ialah tidak mengurangi dan melebihi dalamkata-katanya, perbuatannya, bahkan sampai dalam isyaratnya.
  6. Tabah dan sabar menghadapi segala kesulitan, dengantidak putus asa.
  7. Cinta kepada Allah swt. Dan ikhlas melakukan sesuatu karena perintah Allah dengan tidak mengharapkan balasan dan pahala.

Inilah sebagaian dari akhlak yang dimiliki oleh K.H. Ahmad Dahlan dan pengikut-pengikutnya pada waktu itu. Akhlak beliau itu apakah termasuk golongan ahlisunnah ataukah golongan mu’tazilah?

Untuk menjawab soal ini perlu diterangkan lebih dahulu bahwa para ahli ilmu/filsafat akhlak, dalam kalangankaum Muslimin, terbagi menjadi dua aliran:

  1. Aliran Ahlussunnah yang berpendirian sebagaimana tersebut dalam kitab “Tarikhul Akhlak” karang Dr. M. Yusuf Musa, halaman 163 :

Baik itu adalah apa yang dijadikan baik oleh agama dan buruk (jahat) itu yang ditentukan keburukannya oleh agama, sedangkan akal itu sendri tidak kuasa menjelaskan tentang baik dan buruk.

  1. Aliran Mu’tazilah yang berpendapat sebagai mana yang disebutkanoleh Al Syahrustani dalam kitabnya Al milal wa annihal” juz ke I halaman 100 :

Keduanya Al Jubbai dan anaknya Abu Hasyim setuju bahwa kenal dan syukur kepada llah Pemberi kenikmatan; dan tahu tentang baik dan buruk itu adalah kewajiban akal.

Dari keterangan yang singkat ini, dapat kami kemukakan jawaban dari soal yang tersebut diatas. Menurut hemat kami karena melihat dasar-dasar yang dipakai oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk menumbangkan keburukan dan membangun kebaikan, pula memilik akhlak yang menghiasi dirinya dan perbuatan yang ia lakukan, dapat kami katakan bahwa beliau tidak mengikuti aliran Ahlussunnah atau Mu’tazilah, akan tetapi beliau berpendapat bahwa petunjuk-petunjuk dari agama Islam itu dapat untuk menentukan yang baik dan yang buruk, akan tetapi tidak dapat mengabaikankekuatan akal; karena tuntunan agama Islam itu sesuai dengan akal yang waras.

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Imam Al Ghazali dalam kitab Al-Ihya zus ke III hal 14 yang katanya :

Yang mengajak kepada taklid saja dengan menyampaikan akal sama sekali adalah seorang yang bodoh, sedangkan orang yang mencukupkan akal saja dari cahaya Al-Qur’an dan Assunnah itu adalah seorang yang tertipu.

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker