default

Fatwa Tarjih Muhammadiyah : Dzikir Dengan Suara Keras Menurut Ibnu ‘Abbas

DZIKIR DENGAN SUARA KERAS MENURUT IBNU ‘ABBAS

Pertanyaan Dari:

Thamrin Ariadhie, NBM. 483638,

 (disidangkan pada hari Jum’at, 11 Sya’ban 1428 H / 14 September 2007 M)

Pertanyaan:

Assalaamu ’alaikum Wr. Wb.

Zikir dengan suara keras selesai shalat wajib menurut Ibnu ‘Abbas biasa dilakukan pada masa Rasulullah saw, apakah dapat diamalkan?

Wassalaamu ’alaikum Wr. Wb.

Jawaban:

Perlu kami sampaikan bahwa masalah dzikir, pernah pula ditanyakan dan dijawab pada rubrik ini, namun tidak ada salahnya pertanyaan saudara kami jawab secara khusus di sini.

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, baiklah dikutipkan lebih dulu ayat-ayat yang berhubungan dengan doa dan dzikir:

ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةًۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ

Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [QS. al-A’raf (7): 55].

 

Dalam suatu hadits disebutkan sebagai berikut:

عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ فِي سَفَرٍ. فَجَعَلَ النَّاسُ يَجْهَرُونَ بِالتَّكْبِيرِ. فَقالَ النَّبِي صلى الله عليه وسلم: أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ. إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِباً. إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعاً قَرِيباً. [رواه البخاري

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan, kemudian orang-orang mengeraskan suara dengan bertakbir. Lalu Nabi saw bersabda: Wahai manusia, rendahkanlah suaramu. Sebab sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada (Tuhan) yang tuli, dan tidak pula jauh, tetapi kamu sedang berdoa kepada (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.” [HR. Muslim, No. 44/2704]

Pada dua ayat tersebut, yaitu ayat 55 dan 205 surat al-A’raf, Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar berdoa dan berzikir dengan merendahkan diri dan tidak mengeraskan suara. Demikian pula hadits yang diriwayatkan Abu Musa, menegaskan agar merendahkan suara dalam berdoa kepada Allah, sebab Allah SWT tidak tuli dan tidak jauh, melainkan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat.

Jelaslah bahwa apa yang diriwayatkan Ibnu Abbas menurut yang saudara sampaikan itu bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim. Maka riwayat tersebut tidak dapat diamalkan. Sebaiknya ikuti saja apa yang telah ditegaskan dalam al-Qur’an.

Wallaahu a’lam bish-shawab. *sd)

Sumber : Fatwa Tarjih Muhammadiyah 2007

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker