BeritaTanya Jawab Agama

Masalah Akidah: Sikap Rahman dan Rahim Allah

Tanya: Bagaimana yang dimaksud dengan sifat RAHMAN dan RAHIM ALLAH SWT? Kita melihat anak kecil terbakar, terkena penyakit berat, bahkan ada yang buta sejak kecil, bukankah itu siksaan? Bagaimana sebenarnya? (Thahrun, Jl. Kom. L. Yos Sudarso, Gelunggur Kota No. 96 o/c Medan)

Jawab: Pertanyaan Anda yang 32 jumlahnya hanya baru dijawab 2 saja dulu, memberi kesempatan kawan lainnya. Maaf dan terima kasih. Pertanyaan Anda di atas memang menjadi pertanyaan orang banyak, yang kalau dijawab secara luas akan memakan tempat. Baiklah kami jawab secara singkat. Allah menciptakan alam semesta atas Iradah-Nya dan Qodrat Nya, bukan keliru dan sekedar main-main tetapi mempunyai misi (S. Al-Anbiya ayat 16). Manusia yang termasuk isi alam ini diciptakan juga bukan main-main belaka dan kelak akan dikembalikan pada Allah untuk diminta tanggung-jawab amalnya (S. Al Mukminun ayat 115 dan S. Adz-Dzariat 56).

Kesemuanya itu dan ayat-ayat lain, menunjukkan akan kekuasaan Allah sebagai Khaliq dan manusia sebagai makhluk yang naif yang tiada kewajiban kecuali tunduk dan patuh menurut kemampuannya, dalam arti berbuat baik menurut kemampuannya dengan berusaha dan penuh pengharapan kepada Allah sebagai realisasi keyakinan manusia akan kekuasaan Allah di samping menerima apa yang diberikan kepadanya. Yakin apa yang diberikan oleh Allah kepadanya setelah berusaha dan berdoa adalah termasuk Rahman dan Rahim dan takdir Allah juga.

Perlu diketahui bahwa manusia harus mengetahui dan yakin bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang harus sekaligus berada dan berlaku bagi- Nya. Di antara sifat-sifat itu adalah Rahman dan Rahim dan sifat-sifat lain seperti tersebut pada surat Al Hasyar ayat 22 dan 23. Lebih jauh dari itu bahwa pemberian Allah yang berupa kehidupan dan mati bagi manusia hanyalah suatu ujian untuk diambil nilai kebaikan dan keburukan manusia tentang sikap dan amalnya, dan itulah yang akan dinilai, bukan ketundukan secara fisik, tetapi dan sikap menyerah dan ridhanya terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya.

Karena penyerahan manusia secara fisik itu pasti, seperti tersebut pada ayat 15 surat Ar Ra’ad. Hanya yang akan dinilai itu ketaatan dengan hati yang penuh penyerahan kepada-Nya.

Apa yang menimpa manusia pada hakikatnya adalah manifestasi dan sifat Allah yang ditunjukkan pada manusia, yang dapat diterima sebagai rahmat

sekaligus sebagai siksaan. Ada pula pemberian Allah yang berupa lahirnya kenikmatan tetapi di balik itu sebagai siksaan yang akan mendatangkan kesengsaraan. Sebaliknya ada yang lahirnya pemberian Allah sebagai penderitaan tetapi justru itu yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan. Wal hasil kesemuanya yang dari Allah merupakan ujian, periksa ayat 15 dan 16 surat AlFajr.

Pemberian Allah kepada manusia kesemuanya merupakan kebijaksanaan Allah dalam rangka pelaksanaan Rahman dan Rahim Allah dan sifat-sifat yang lain untuk diterima dengan baik, dalam arti yang menyenangkan harus disyukuri dan yang menyusahkan harus dijadikan sarana untuk lebih dapat meningkatkan perbuatannya lebih baik lagi, di samping sebagai dorongan untuk berusaha lebih baik dengan penuh kesabaran dan tawakal. peringatan

Tawakal bukan berarti menyerah tetapi juga berusaha dan usaha didasarkan hati Tawakal itu pula yang akan dinilai, yang kesemuanya itu dalam rangka arti beribadah dalam arti luasnya. Banyak Hadis yang menjelaskan hal ini; antara lain riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, yang artinya, “Saya mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah telah berfirman: Kalau Kucoba hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya ia bersabar, pastilah aku ganti kedua matanya itu dengan sorga”. Demikian termasuk Rahman dan Rahim Allah. yang

Dan barangkali kalau tidak Allah memberi penyakit pada manusia, belum juga ditemukan obat terhadap penyakit itu. Itu juga termasuk Rahman dan Rahim Allah bagi umat manusia, di samping Qodrat dan Iradah serta sifat Maha Kuasa dan Bijaksana-Nya bukan ditujukan kepada perorangannya tetapi kepada umat manusia keseluruhannya. Di samping ada pula yang ditujukan kepada perorangan khusus bagi yang memohon untuk dikabulkan atau ditolak dalam rangka Rahman dan Rahim Allah. Allah-lah yang lebih tahu untuk kepentingan manusia, untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.

Barangkali kita dapat menyatakan orang tua yang tidak sayang pada anak kalau terhadap anaknya yang masih belum cukup umur dibelikan kendaraan bermotor yang akan mendatangkan bahaya anak itu sendiri di jalan raya. Ini sekedar contoh.

Sumber: Buku Tanya Jawab Agama Jilid 1 Hal 1-2

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker