default

Membangun Kepribadian Muslim, Mukmin, Muhsin, dan Muttaqin

TABLIGH.ID, BANTUL – Seseorang yang telah mengikrarkan syahadat adalah orang yang secara resmi menjadi seorang muslim. Tetapi, hal tersebut tidak hanya terhenti pada pernyataan secara lisan. Muslim yang sebenarnya harus meningkatkan kualitas keislamannya hingga menjadi kepribadian. Pada tahap selanjutnya, seorang Muslim akan diuji dengan berbagai ujian yang menempa dirinya hingga kualitas keislamannya meningkat. Penjelasan tentang ciri-ciri kepribadian seorang muslim menjadi refleksi penting agar setiap diri kita meningkat kualitas keislamannya.

PRM Tamantirto Utara bekerjasama dengan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah mengadakan kajian yang membahas bagaimana terbentuknya kepribadian Muslim, Mukmin, Muhsin, Muttaqin pada Senin (11/10). Kajian ini dibersamai oleh Ananto Isworo. Pada kajian ini, Ananto menguraikan ayat-ayat yang mengandung keempat kata kunci tersebut.

Ananto mengatakan bahwa Muslim adalah orang yang berserah diri hanya pada Allah. Ia melanjutkan, “Dalam Q.S. Al-Baqarah 112, dengan berserah diri kepada Allah, maka sikap tidak mudah menyerah dan mengeluh akan tumbuh, karena sejatinya, kehidupan ini hanya untuk Allah.”

Lalu, dalam Al-Baqarah 133, Ketika mendekati ajal, Nabi Ya’qub bertanya kepada anak-anaknya: “Apa yang akan kelian sembah sepeninggalku?” Kemudian mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”

“Nabi Ya’qub tidak membicarakan harta pada anaknya di saat menjelang ajalnya,” kata Ananto, “tapi yang beliau tanyakan adalah imannya, keberserahdirian mereka kepada Allah, maka urusan dunia, tanah kekayaan, kendaraan akan dikelola sesuai perintah Allah.” Ujar Sekertaris Eksekutif Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini.

Ia melanjutkan, dalam Al-Baqarah 256 disebutkan bahwa tidak ada paksaan dalam Islam, tetapi jalan yang benar dan sesat sudah tampak jelas, dan keselamatan hanya ada dalam jalan Islam. Hal ini juga dipertegas dalam Ali Imran 19, bahwa agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.

“Dalam Ali Imran 52, bercerita tentang kaum hawariyun yang bersaksi untuk menjadi menjadi penolong agama Allah.” Kemudian, menurut Ananto dalam Ali Imran 85 disebutkan, siapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima agama itu dan di akhirat termasuk orang yang rugi.

“Dalam An-Nisa’ 125, disebutkan bahwa orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim adalah orang yang bak agamanya.” Simpul Ananto.

Lalu, pembahasan selanjutnya adalah kepribadian Mukmin. Dalam At-Taubah 51, dikatakan bahwa seorang Mukmin yakin bahwa segala yang ia terima adalah ketetapan Allah. Allah adalah pelindung dan kita bertawakal pada-Nya. Ditambah dalam surat Hud 115, “Allah mengatakan bahwa kita diminta untuk bersabar, sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang berbuat kebaikan.” Ujar Ananto.

Ananto melengkapi, “dalam Al-Hujurat 15, orang beriman adalah orang yang percaya, tidak ragu-ragu, dan berjuang dengan harta dan jiwa pada jalan Allah dan Rasulnya.”

Menurut Ananto, kepribadian Muhsin, ditunjukkan dalam Al-Baqarah 177, berupa kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, orangyang menepati janji, dan orang yang sabar dalam kesmpitan. “Dalam surat Ali Imran 17, orang-orang yang sabar, yang benar, yang taat, yang menafkahkan hartanya, dan yang memohon ampun di waktu sahur.” Ucapnya.

“Yang terakhir adalah kepribadian yang muttaqin. pada surat An-Nisa’ 125, dikatakan bahwa Allah bersama orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan.” Lalu, dalam surat Al-Ahqaf 15, Allah memerintahkan manusia supaya berbuat baik kepada ibu dan bapaknya. Ibunya telah melahirkan dengan susah payah, juga mengandungnya kemudian menyapihnya sampai 30 bulan.

“Berdasarkan pada keyakinan, pemahaman, dan penghayatan Islam yang mendalam dan menyeluruh itu, maka bagi segenap warga Muhammadiyah merupaka suatu kewajiban yang mutlak untuk melaksanakan dan mengamalkan Islam dalam seluruh kehidupan dengan jalan mempraktikkan hidup Islami dalam lingkungan sendiri sebelum mendakwahkan Islam kepada pihak lain.” Ucap Ananto

Terakhir, “Muhammadiyah sebagai gerakan Islam maupun warga Muhammadiyah sebagai Muslim, benar-benar dituntut keteladanannya dalam mengamalkan Islam di berbagai lingkup kehidupan, sehingga Muhammadiyah secara kelembagaan dan orang-orang Muhammadiyah secara perorangan dan kolektif sebagai pelaku dakwah menjadi rahmatan lil ‘alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.” Tutupnya mengakhiri kajian. [Fhm]

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker