BeritadefaultKhazanah

IMPLEMENTASI ISLAM SEBAGAI “THE WAY OF LIFE”

BUKU TUNTUNAN TABLIGH BAGIAN III PART I

IMPLEMENTASI ISLAM SEBAGAI “THE WAY OF LIFE”

 

  1. Islam Sebagai Pandangan, Metode dan Tujuan Hidup

Dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa Islam tidak lain merupakan pandangan hidup (way of life) atau bagaimana cara hidup yang benar menurut Allah, Sang Maha Pencipta, terhadap manusia dan lingkungannya sebagai ciptaanNya. Atas dasar itulah barangkali Allah bertitah kepada manusia agar selalu menghadapkan (memperhatikan) dirinya kepada agama yang lurus (dienul qqoyyim) yang juga dating dari Allah SWT (Q.S. ar-Rum: 43) dan agama yang sesuai dengan konsep penciptaan (fitrah, blueprint) manusia (Q.S ar-Rum: 30)

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

 

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S ar-Rum: 30)

Sebab bila manusia sebagai ciptaan Allah SWT, hidupnya diatur dengan aturan, maka akan tercapai kehidupan yang baik.

Islam sebagai sumber dan jalan kebenaran yang berasal dari Allah SWT adalah pandangan hidup yang bukan saja diperuntukan bagi kesejahteraan kaum muslimin, melainkan juga bagi semua ummat manusia, rahmat bagi seluruh alam. Islam yang bersumber pada  kebenaran ilahiyah, baik yang terkandung dalam ayat-ayat al Quran dan Sunnah Rasul maupun dalam ayat-ayat kauniyah, adalah jalan, pedoman, dan sekaligus tujuan hidup bagi setiap muslim dimanapun dan dizaman apapun. Islam adalah jalan purna, baik dalam makna penyempurna ajaran-ajaran Allah lewat nabi terdahulu (wahyu) maupun dalam kaitan dengan pandangan hidup manusia yang bersifat ra’yu. Dengan demikian, Islam adalah ajaran yang komplementer terhadap pandangan hidup lainnya.

Islam adalah nilai-nilai dasar dan norma-norma serta pengetahuan atau pemberitahuan Ilahi yang terkandung dalam al- Qu’ran dan diperjelas dengan sunah Rasul. Dalam kaitan tersebut, maka bagi stiap muslim, Islam adalah suatu kebenaran yng mutlak sifatnya, universal dan eteral, serta tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Dalam arti tersebut, Islam mengatur berbagai hubungan manusia, baik dengan Tuhannya, dengsan sesame, maupun dengan alam lingkungannya. Sebaai suatu system yang mengatur hubungan manusia tersebut, Islam terdiri atas komponen-komponen aqidah (tata keimanan), syari’ah (tata kaidah hokum) berupa ibadah maupun mua’malah, dan akhlak (tata kaidah moral), yang satu berkaitan erat dengan yang lain. Sebagai agama yang mengatur pelbagai kehidupan dan penghidupan manusia. Nilai-nilai dasar dan norma-norma asasi Islam memberi patokan-patokan pokok mengenai segala aspek kehidupan manusia. Dengan demikian ssistem-sistem social, politik, ekonomi, pendidikan, dan system budaya lain yang islami adalah system-sistem  yang berdasar syari’ah ( ibadah  dan muamalah) dan akhlak Islam, serta berakarkan akidah Islam.

Mengingat pengertian Islam sebagai rahmat lil ‘alamin di atas, maka tujuan hidup, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok warga masyarakat, warga Negara da warga dunia, adalah merealisasikan kebenaran ajaran Allah SWT dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat di seluruh aspek kehidupan. Bagi setiap muslim, tujuan dalam aspek apapum tidak akan terlepas dari tujuan umum hidupnya yang ditimba dar pedoman hidupnya, yaitu al Qur’an dan Sunnah Rasulullah.

Secara individual, dengan hidup secara Isam, maka seseorang akan memiliki pribadi yang istiqomah:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fushilat: 30)

Mereka mampu melaksanakan kebaikan (al birr) (Q.S. al Baqarah: 177). Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat akan mampu menciptakan keluarga sakinah dan akhirnya akan dapat membentuk masyarakat marhamah. Dengan ungkapan lain Islam sebagai tujuan hidup akan mengantar pemeluknya untuk:

  1. Terwujudnya pribadi yang diridhai Allah, yaitu pribadi muslim yang paripurna, yang penuh dengan moralitas iman, Islam, taqwa, dan ihsan (Q.S. al-Baqarah 177).

ليْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.

  1. Terwujudnya rumah tangga yang diridhai Allah SWT yaitu rumah tangga yang sakinah yang diliputi mawaddah serta rahmah anugerah Ilahi Rabbi (Q.S. ar-Rum: 21)

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

  1. Terwujudnya qaryah mubarakah (lingkungan kampong, kampus, komplek kerja, dll) yang marhamah, yaitu qaryah yang kondusif dan layak menerima berkah Allah SWT dari berbagai arah, disebabkan warganya beriman dan bertaqa kepada Allah SWT (Q.S. al A’raf:96)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

  1. Terwujudnya negeri yang diridhai Allah SWT, yaitu baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (Q.S. Saba’: 15)

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آَيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

“Sesungguhnya bagi kaum Saba´ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.

  1. Terwujudnya peradaban dunia yang diridhai Allah, yaitu dunia yang hasanah, yang berkesinambungan dengan akhirat yang hasanah pula (Q.S. al-Baqarah 201, Q.S. al-Qashash:77, QS.al-A’raf 156)

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.(Q.S. al-Baqarah 201)

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.( Q.S. al-Qashash:77)

Baca juga : Wawasan Fiqh Dakwah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker