Beritadefault

Tabligh Institute Muhammadiyah sebagai Tempat Melestarikan Tradisi Kulliyatul Mubalighin

TABLIGH.ID, BANTUL — Tabligh Institute Muhammadiyah diresmikan, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal ungkap tujuan didirikannya ITM untuk melestarikan ajaran atau tradisi lama yang dimiliki para pendahulu Muhammadiyah, yaitu sebagai tempat kulliyatul mubalighin.

Demikian disampaikan Fathurrahman pada Peresmian ITM, Senin (14/11) di acara Peresmian ITM. Acara peresmian tersebut juga dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Menko PMK Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dan dr. Agus Taufiqurrahman, dan Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto.

Selain itu hadir juga Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof. Syamsul Anwar beserta jajaran, Badan Pengurus Harian LazisMu Pusat Mahli Zainuddin Tago, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Tafsir, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Gunawan Budianto dan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof. Sofyan Anif.

Keberadaan ITM, imbuh Fathur, bukan hanya sebagai tempat pendidikan, pelatihan dan pembinaan, tetapi juga sebagai tempat untuk merawat kebudayaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Gedung ITM yang berdiri di atas lahan kurang lebih 2000 meter persegi ini juga bisa disebut dengan Pusdiklatbud.

Gedung ini juga dipenuhi dengan simbol-simbol, diantaranya adalah taman yang akan ditanami dengan warna bunga merah dan putih. “Merah itu adalah tanda patriotisme para mubaligh mempertahankan republik ini, dan warna putih adalah simbolnya kesucian,” ungkap Fathur.

Kedepannya, gedung ini diharapkan akan menjadi tempat bersemainya generasi muda unggul yang siap memimpin. Pasalnya, Indonesia akan akan dihadapkan dengan bonus demografi yang besar, dan itu harus dikelola dan dijadikan peluang untuk memajukan Muhammadiyah dan Indonesia.

Selain itu, dirinya juga mengajak kepada para pemangku kepentingan untuk merespon perkembangan peradaban manusia yang kompleks ini dengan langkah-langkah yang konkrit. Tidak bisa dipungkiri, kemajuan dan cepatnya perkembangan zaman, serta adanya bonus demografi akan menimbulkan permasalahan tersendiri di masa yang akan datang.

Sementara itu, Menko PMK Muhadjir Effendy dalam sambutannya mengatakan bahwa di Muhammadiyah ini merupakan organisasi yang menjadi wadah lahirnya para masyayikh atau para cerdik pandai yang alim dalam ilmu agama dan ilmu-ilmu lain, yang siap diterjunkan untuk membangun peradaban dan membawa kepada kemajuan.

Mubaligh sekaligus masyayikh di Muhammadiyah, katanya, harus bisa mengayomi semua pihak, termasuk yang berbeda agama sekalipun. Ketua PP Muhammadiyah ini juga sependapat dengan Fathurrahman Kamal, bahwa perkembangan peradaban manusia yang kompleks harus direspon secara konkrit.

“Semua itu harus direspon dengan konkrit bukan sekedar wacana. Misalnya seberapa santri-santri, kader-kader tabligh kita telah membantu konten-konten yang positif di media virtual kita,”ungkapnya.

Dalam pandangan Muhadjir, saat ini dakwah digital yang dilakukan oleh Muhammadiyah masih harus berlari untuk mengejar ketertinggalan dari yang lain. Selain itu, dirinya mendorong supaya mubaligh Muhammadiyah memperbanyak konten-konten positif, untuk memenuhi atmosfer media digital masyarakat ini yang menurut beberapa survei dikenal sebagai warganet yang angka keadaban digitalnya rendah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker