Majelis TablighOrganisasi

Kiai dan Nyai Ahmad Dahlan Sosok Pejuang yang Tidak Retak Ucapan dan Tindakan

TABLIGH.ID, YOGAKARTA— Kiai dan Nyai Dahlan, merupakan sosok pejuang kemanusiaan, dan mubaligh yang tidak retak antara ucapan dan tindakan. Terkait itu, Widiyastuti Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah menyebut bahwa, aksi yang dilakukan Nyai Walidah Dahlan tidak dapat diingkari.

Terlebih bagi kader, warga, maupun partisipan Muhammadiyah, sosok Kiai dan Nyai merupakan tokoh yang kata-katanya patut diinsyafi untuk ngecas semangat dalam berMuhammadiyah. Widiyastuti menegaskan, bahwa Nyai Walidah bersama dengan KH. Ahmad Dahlan merupakan sosok yang menggambarkan kepribadian Muhammadiyah termasuk ‘Aisyiyah.

Mengutip ucapan Nyai dan Kiai Dahlan yang sering disampaikan ke santri-santrinya, “Jadilah guru sekaligus jadi murid, setiap orang harus bisa menjadi guru dengan menyebarkan ilmu yang dimilikinya sekaligus menjadi murid dengan menggunakan seluruh hidupnya untuk belajar,” ia menyebut bahwa quotes ini tetap related dengan situasi dan kondisi sekarang.

Cicit KH. Ahmad Dahlan ini di Podcast Dialog Dakwah Budaya “Belajar dari Kiai dan Nyai Ahmad Dahlan” yang diselenggarakan berkat kerjasama antara Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dengan Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah pada (1/11) menyebut bahwa belajar dan mengajar adalah ruh Muhammadiyah.

“Kiai Ahmad Dahlan memilih berjuang lewat pendidikan, tidak berjuang melalui jalur politik ketika berdiskusi dengan Budi Utomo. Pilihan beliau di pendidikan itu digambarkan setiap orang bahwa harus menjadi guru sekaligus murid,” ungkapnya.

Menurutnya, karena ruh Muhammadiyah adalah belajar, maka jika ada perbedaan kebiasaan yang terjadi di masa lalu dengan kebiasaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah di masa kini dan masa depan merupakan hal yang biasa. Sebab organisasi ini memiliki metode ijtihad dalam menghadapi era yang terus berubah.

“Di sinilah pesan yang dikembangkan sejak satu abad yang lalu yang luar biasa, dan masih relevan sampai sekarang ini,” tegasnya.

Sementara itu, terkait dengan riuhnya situasi dan kondisi saat ini yang acapkali mendiskreditkan Muhammadiyah, Widiyastuti teringat akan pesan Kiai Dahlan yang berbahasa Jawa “Muhammadiyah Iku Dijiwit Dadi Kulit, Dicetot Dadi Otot”.

“Dicubit menjadi kulit, dan dipukul menjadi kekuatan dalam ototnya,” ucap Widiyastuti mengartikan

Ia menegaskan, bahwa tidak kemudian jika ‘dipukul’ Muhammadiyah menjadi lemah. Isu, goncangan, suara sumbang, bahkan fitnah bagi Muhammadiyah itu tidak akan pernah merobohkannya. Sebab usaha-usaha merobohkan Muhammadiyah itu malah akan menjadi kekuatan Muhammadiyah.

“Inilah yang kemudian yang kita kembangkan adalah narasi positif, tidak selalu counter narasi. Itu satu abad yang lalu sudah dikembangkan oleh seorang Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan,” ucapnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker