Alquran dan Keberlakuannya
“kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya , petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.(Q.S.Al-Baqarah 2:2).
Bahwa setiap bangsa yang berdaulat mempunyai kitab, yang kandungannya mendasari perilaku bangsa itu. Kalau kitab it, Kitab Undang-Undang Pidana, maka kalau ada warga mencuri, hukumnya di sesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam kitab tersebut. Dan bagi umat islam , adapula kitab yang melebihi kitab-kitab yang di buat manusia, karena kitab ini di pandang suci. Kenapa begitu? Karena kitab ini tidak berasal dari manusia, melainkan dari pencipta manusia. Al quran, kitab itu, adalah kumpulan firman Allah SWT yang di wahyukan kepada Nabi SAW melalui jibril. Lalu, Apa fungsi Al quran?
Penyembuh
Fungsi dari Al quran ini adalah sebagai obat penyembuh dari berbagai penyakit. Tetapi penyakit ini bukan penyakit fisik, melainkan penyakit jiwa, rohaniyah. Kemusyrikan, dengki, kejam, rakus, licik adalah rentetan penyakit yang hanya dapat di sembuhkan kalau Al quran ini di ketahui dan di hayati maknanya. “Dan kami turunkan Al quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman…”.(Q.S.Al- israa` 17:82). Dan pada ayat lain Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada mu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit(yang berada)dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(Q.S.Yunus 10:57).
Agar Al quran dapat menjadi obat bagi penyakit-penyakit hati, tentu di awali dengan membaca, lalu mengerti dan menghayati yang di baca itu. Dengan begitu Al quran perlu dimiliki, salah satu cara memilikinya adalah dengan membeli. Karena itu, harga selayaknya tidak mahal. Harga ini dapat murah kalau halamannya tidak tebal? Ini perli di pikirkan bersama, terutama pemerintah dan para ulama.
Pedoman Hidup
Fungsi utama Al quran adalah sebagai pedoman hidup bagi manusia agar bisa membedakan yang hak dan bathil. Fungsi Al quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup harus di sikapi secara rasional. Sikap ini dapat di kaitkan dengan sejumlah pertanyaan yang sifatnya mendasar. Misalnya, bagaimana mungkin menjadi pedoman hidup seseorang, kalau di baca saja tanpa mengetahui maknanya, membaca sekedar mendapat pahala saja? Sudah di ketahui maknanya, tetapi hanya batas pengetahuan kognitif yang bersarang di otak, masih belum banyak manfaatnya. Pengetahuan kognitif harus di tingkatkan jadi pengetahuan eksistensial, yakni pengetahuan itu menyerap ke dalam batin, lalu terpancar di dalam perbuatan yang terpuji.
Perlu di sadari bahwa kandungan Al quran itu wajib di ketahui , wajib di hayati dan di wajib di amalkan . dan semua wajib ini tidak semudah membalikkan telapak tangan di dalam aflikasinya. Selanjutnya, pengalaman kandungan Al quran bukan persoalan sebatas individu. Kenapa begitu? Karena Al quran menampilkan persoalan yang solusinya melibatkan banyak pihak . misalnya pada firman-Nya: “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potong tangan keduanya(sebagai)pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(Q.S.AL-Maa`idah 5:38).
Kasus pencurian ini bukan persoalan sebatas individu. Secara individual nyaris mustahil melaksanakan perintah ini. Persoalan ini menyeret negara, karena hanya negara yang memiliki aparat yang dapat di tugasi memotong tangan pencuri atau koruptor. Kasus ini menyapa negara untuk turut membersihkan masyarakat dari kejahatan-kejahatan yang sudah kronis membudaya di tengah masyarakat. Dan pada sisi lain , masyarakat muslim mengundang negara untuk turut serta melaksanakan perintah Al- quran ini.
Ada wibawa kalau kuat
Secara rasioanal, dapat di sebutkan bahwa undangan ini di penuhi, kalau masyarakat muslim berwibawa. Ada wibawa kalau kuat, jikalau lemah maka undangan ini akan masuk keranjang sampah. Kiranya dapat di sebutkan bahwa seandainya Al quran ini hanya sebatas obat penyembuh penyakit batin, mungkin sejarah umat islam tidak sedramatis yang kita saksikan.
Dari sejarah yang kita singgung ini, kandungan Al quran berupa pedoman ini memperlihatkan implikasi, akibat yang sangat jauh. Semua ini karena kehidupan manusia yang multi aspek. Dan aspek yang menjadi primadona adalah aspek politik. Sebagai pedoman hidup, Al quran tidak melupakan aspek politik ini, yang sarannya adalah kekuasaan. Nah, kekuasaan ini tidak boleh terlepas dari moral, yakni cara yang baik dan benar dalam memperolehnya. Mengenggam kekuasaan ini logis, karena perintah dan larangan kitab suci mustahil terlaksana tanpa kekuasaan. Moral yang kita sebutkan ini, sering di usir kalau terjadi perburuan kekuasaan. Itulah kiranya, mengapa sejarah politik dunia islam , pasca Rasulullah SAW berwarna merah, karena aktornya bersimbah darah, setelah melupakan bahwa kekuasaan adalah amanat, titipan dari Allah SWT. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman: “katakanlah: “wahai tuhan yang mempunyai kerajaan, engkau berikan kerajaan kepada orang yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki dan engkau hinakan orang yang engkau kehendaki, di tangan engkau lah segala kebajikan . sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(Q.S.Ali-`imran 3:26)
Menyimak ulang
Agar sejarah warna merah itu tidak berlanjut, maka perlu menyimak ulang kandungan Al quran ini. Politik dan moral yang menyertainya perlu di beri perhatian lebih besar. Umat islam , pembaca Al quran tidak boleh melepaskan politik dari kehidupannya, Karena ini sama dengan pengkhianatan , sama dengan desersi, lari dari medan perang. Menyerahkan politik untuk di urus pihak lain, sama artinya memilih jadi budak atau sapi perahan . dan kalau sudah begini bagaimana mungkin mengharapkan kemuliaan Akhirat.
Distribusi Alquran
Setelah menyerempet-nyerempet wilayah yang sangat sensitif (politik) perhatian kita tujukan kepada wilayah damai yang adem, apa itu? Memasyarakatkan Al quran. Yaitu, keluarga hendaklah memiliki Al quran. Paling tidak , ada dua cara dapat di tempuh.pertama: menerbitkan atau menjual Al quran itu secara besar-besaran dan harga harus murah. Salah satu cara agar murah, Alquran itu tidak tebal dan agar tidak tebal, maka Alquran itu di cetak terjemahannya saja. Pada Al alquran terjemahan ini , kandungan wahyu dapat secara langsung di mengerti. Kedua: negara membuat proyek terjemahan Alquran, yang kemudian di distribusikan secara Cuma-Cuma. Biaya tentu tidak sulit, karena perjalanan haji setiap tahun menyisakan saldo, yang gundukannya menjadi dana abadi. Sisa fulus umat kembali ke umat.
Azas manfaat
Manfaat suatu perbuatan di perlihatkan contohnya dalam sebuah hadist Rasulullah SAW: “tiada seorang muslim menanam tanaman, kemudian di makan (buahnya) oleh manusia atau binatang atau burung, melainkan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat”. (Riadushshalihin hal. 146, terjemahan salim bahreisi, Al-Maa`rif Bandung).
Dari riwayat di atas dipahami, bahwa perbuatan yang kita lakukan harus ada manfaatnya. Nah, kalau soal manfaat ini di hubungkan dengan Alquran, maka jelas Alquran terjemahan itu sangat besar manfaatnya. Umat islam pada umumnya tidak bisa menguasai bahasa arab, dapat tahu langsung kewajibannya sebagai hamba Allah, melalui terjemahan ini. Tahu halal dan haram. Lalu seiring dengan berjalannya waktu, moral umat ini menjadi lebih baik. Produktifitas umat meningkat dan kualitas produk lebih baik. Demikianlah, sehingga kesejahteraan, keadilan di rasakan kehadirannya oleh rakyat indonesia pada umumnya.
Pengadaan Al quran terjemahan ini adalah sangat penting, karena pembaca Al quran berbahasa arab, dipastikan sangat sedikit. Keadaan ini menghambat aktualisasi ajaran-ajaran lainnya yang memandu manusia menuju kejayaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Rasulullah SAW menganjurkan baca Al quran dan amalkan. Dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, Rasulullah SAW bersabda: “iqra` kitabullah wa`mal maa fiihi, bacalah kitab Allah(Alquran) itu dan amalkan apa yang di dalamnya”.
Allah mengingatkan bila ketentuan-ketentuan ( hukum) Allah di dalam Al quran itu, tidak kita laksanakan berarti kita mendurhakai-Nya. Firman Allah SWT : “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nyaa dan melanggar ketentuan-ketentuan nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam apai neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan”.( Q.S. An-nisa` 4:14).
Rajin membaca Al quran yang tidak di ketahui maknanya, manfaatnya tentu lebih minim di banding kalau membaca Al quran terjemahan yang langsung di ketahui maknanya. Dan serentak dengan itu, tentu saja pengajaran bahasa Arab, bahasa asli Al quran terus di tingkatkan. Dalam hal ini sewajarnya pemerintah / negara membuat berbagai terobosan yang dapat memotifasi umat islam, mayoritas warga negara, untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agamanya, khususnya yang terdapat dalam Alquran. Yang di sebutkan ini, merupakan salah satu faktor yang dapat membawa bangsa ini ke kondisi lebih baik. Tak boleh di lupakan bahwa umat ini telah memberikan pengorbanan yang begitu besar di dalam memperjuangkan kemerdekaan. Budi baik ini tidak layak untuk di lupakan. Dan sekiranya di lupakan , maka bangsa ini jauh dari rahmat Allah SWT.
Akhirnya perlu di ingatkan bahwa pemberian apresiasi terhadap Al quran tidak cukup hanya dengan peringatan nuzulul quran di istana negara. Jauh lebih penting adalah peran serta negara di dalam mengaktualkan nilai-nilai moral yang tersimpan di dalam kitab suci ini. Lalu cepat atau lambat tiba gilirannya dunia mengakui bahwa kita adalah warga dunia yang maju dan beradab.
Sumber: Uswatun Hasanah 2017