BeritadefaultKhutbah Jumat

Khutbah Jum’at: Moderasi Beragama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Allah SwT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا

Artinya : “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

Ayat ini mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah SwT memberi petunjuk pada umat-Nya untuk senantiasa menjadi umat yang wasathiyah yakni umat yang moderat, umat yang proporsional, berada di tengah dalam berbagai hal, khususnya moderat dalam beragama. Allah memerintahkan kepada kita untuk tidak beragama secara ekstrem, baik ekstrem kanan maupun berlarut pada ekstrem kiri. Dalam beragama pun, Allah juga memerintahkan untuk tidak berlebih-lebihan yang diistilahkan dengan “Ghuluw”.  Allah SwT berfirman dalam QS An-Nisa ayat 171:

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّ

Artinya: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Salah satu tantangan umat Muslim saat ini adalah menguatnya pemahaman ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme. Jika kita lihat dari perspektif sosiologi agama, maka ekstrimisme dan radikalisme berpotensi menular ke semua pemeluk agama, tidak hanya Islam, agama-agama lainpun juga ikut terpengaruh.

Meskipun agama pada dasarnya tidak mengajarkan kekerasan dan kebengisan, akan tetapi harus diakui bahwa sebagian oknum umat beragama yang menjadi pelaku tindakan kekerasan dan teror sering menyandarkan tindakannya pada ajaran-ajaran suci dari agama mereka.

Maka dari itu pemahaman moderasi dan toleransi dalam beragama haruslah kita berikan kepada para pemeluk agama yang ada di Indonesia supaya semua umat beragama bisa membuat tameng atau penghalang yang mampu untuk menjaga keutuhan bangsa ini supaya semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan damai.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk mayoritas Muslim. Tetapi kondisi ini tidak menjadikan Indonesia sebagai negara agama. Karena konsep yang telah terbangun adalah republik. Dengan demikian, negara dan masyarakatnya harus mengayomi dan melindungi keragaman agama yang berada di indonesia. Perbedaan harus disikapi dan diterima sebagai anugerah dari Allah. Keragaman harus dijadikan sebagai ladang dalam beribadah untuk berlomba dalam berbuat kebaikan.

Dalam konteks kehidupan di Indonesia, bersikap moderat adalah mampu menempatkan diri pada situasi perbedaan dan keberagaman yang sudah menjadi sunnatullah. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi kebhinekaan suku, budaya, bahasa, termasuk agama. Jika kita tidak moderat dalam bersikap, maka perbedaan yang ada akan saling berbenturan sehingga rawan terjadi konflik dan perpecahan. Oleh karenanya, para pendiri bangsa telah dengan bijak merumuskan ideologi yang sangat tepat dalam menaungi kebhinekaan ini dengan ideologi pancasila yang dibingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bersikap moderat atau dengan istilah mudahnya adalah bersikap santai, biasa-biasa saja ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh ulama-ulama terdahulu yang dengan bijak mampu berdakwah dengan menggunakan infrastruktur budaya. Para ulama bisa menanamkan prinsip yang memadukan agama, budaya, dan bangsa dalam satu tarikan napas.

Kita sebagai Umat Islam harus berusaha mewujudkan ajaran mulianya untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, menciptakan kesejahteraan bersama, serta mewujudkan kemaslahatan umat manusia tanpa membedakan agama.

Hal ini bisa dimungkinkan jika sikap toleran dan moderat menjadi prinsip utama dalam bermasyarakat. Rasulullah saw menyatakan bahwa agama yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah agama yang lurus dan moderat. Suatu ketika Rasulullah saw ditanya

أَىُّ الأَدْين:  أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ (رواه البخاري)

“Agama apa yang paling dicintai oleh Allah?” Maka Rasulullah saw menjawabnya: “Agama yang lurus dan moderat.” (H.R. al-Bukhari).

Namun seiring dengan adanya revolusi teknologi, dimana informasi bisa diakses oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun, paham keagamaan radikal ekstremis juga bermunculan seperti jamur di musim hujan. Termasuk, mereka melakukan propaganda untuk mengganti ideologi Pancasila dan NKRI dengan sistem yang menafikan perbedaan dan keragaman semkin merebak dan merajlela.

Padahal Allah menciptakan perbedaan bukan untuk saling bermusuhan, namun untuk saling melengkapi dengan saling kenal-mengenal. Sebagaimana yang sudah Allah firmankan dalam surat Al Hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam beragama, kita juga harus mengganti emosi keagamaan dengan cinta keagamaan. Emosi dan terlalu semangat dalam beragama tanpa dilandasi dengan pengetahuan ilmu yang memadai, malah akan menjadikan seseorang bisa melanggar tuntunan agamanya sendiri.

Oleh karenanya, mari kita kuatkan niat beribadah bukan karena motif dan misi lain terlebih misi yang bersifat duniawi. Jangan sampai ibadah kita sia-sia.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Inti dari paparan ini adalah, mari kita terus menebar perdamaian di masyarakat kita melalui moderasi beragama. Semoga kita bisa terus menebar kesejukan dalam kehidupan berbangsa dan beragama dengan nilai-nilai dan sikap moderat. Moderat dalam beragama, maslahat dalam berbangsa. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِالآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ . قَالَ الله تَعاَلَى في القران الكريم اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاَعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Muhammad Ali Wava S.Ag, Musrif MBS Al-Muttaqin Gedangsari, Alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta

Sumber : Muhammadiyah.or.id

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker