BeritadefaultFiqh Da'wah

Muballigh Itu Membawa Atribut Kenabian, Maka Berhati-hatilah

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Era disrupsi membuat banyak kejutan dalam kehidupan sehari-hari menyangkut peristiwa politik, kebangsaan dan keumatan. Kaum muslimin, sayangnya ikut terseret dan sering terombang-ambing dalam menghadapinya.

Bagi Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal, tantangan zaman ini dianggap perlu dipahami oleh para dai dan mubaligh untuk tidak gampang larut dalam berbagai isu yang viral, kemudian diikuti dengan sikap emosi berlebihan dan sikap-sikap yang tidak pantas pada diri seorang pendakwah.

“Ini beberapa persoalan yang sangat enteng bagi kita. Tapi realitas kita begitu sulit untuk kita nampaknya berpegang teguh pada apa yang disunnahkan Rasulullah SAW, khususnya dalam membawa amanah dakwah,” katanya dalam Kajian Kamis Pagi, Youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah, Kamis (3/2).

“Ingat para dai, para mubaligh itu sedang meminjam atribut kenabian. Dia berbicara atas nama Tuhan. Dia berbicara atas nama Nabi. Maka hati-hatilah,” imbuh Fathurrahman Kamal.

Meskipun para mubaligh tergerak untuk melakukan amar makruf nahi munkar, menurutnya harus tetap berpedoman pada ajaran dan teladan Nabi yang penuh cinta kasih dan lemah lembut.

Hadis Nabi yang memerintahkan mengubah kemunkaran dengan tangan, lisan dan hati itu menurutnya tidak berdiri sendiri. Tapi terikat dengan ayat-ayat Alquran dan teladan dari Sunah Nabawiyah.

Misalnya, perintah bersikap lemah lembut dalam Surat Ali Imran ayat ke-159, yang menurut Fathurrahman menjadi asas misi Rahmatan Lil ‘alamin diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagaimana dalam Surat Al Anbiya ayat ke-107.

Ulama tafsir, Imam Ibn Jarir At-Thabari ketika menafsirkan ayat terakhir ini menurut Fathurrahman merujuk pada pendapat sahabat Ibn Abbas Ra, bahwa rahmat Nabi ditujukan pada seluruh manusia baik mereka yang beriman maupun mereka yang tidak beriman.

“Banyak yang menggunakan ayat ini sebagai tagline tapi kalau kita lihat realitas kita, kita nampaknya belum sanggup mengamalkan ini sebaik-baiknya,” kata Fathurrahman.

Pemahaman dan teladan dalam bersikap, diharapkan Fathurrahman diamalkan oleh para dai dan mubaligh dakwah. Sebab, menurutnya para dai dan mubaligh itu menjalankan mandat dan meminjam atribut kenabian sebagaimana dikatakan dalam hadis bahwa ulama adalah pewaris para Nabi.

“Sehingga dengan segala kapasitas dan kekurangan kita sebagai mubaligh, pada saat kita berada di depan umat kita, kita sedang menggunakan sebagian atribut-atribut kenabian,” kata Fathurrahman.

Prinsip ini diharapkannya menjadi pegangan para dai dalam berdakwah di dunia nyata maupun di dunia maya.

“Okelah kita melihat suatu kemunkaran sebagai satu kemunkaran, tapi tidak bolehlah kita melakukan suatu perubahan kemunkaran dengan kemunkaran baru yang itu kemudian diekspolitasi oleh orang-orang tertentu sehingga menjadikan Islam semakin tersandera di hadapan umat manusia,” pesannya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker