default

Ciri-ciri Manusia Global

Back To Jahiliyah

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang(kehidupan) akhirat adalah lalai”.(Q.S.Ar-ruum 30:7).

                Kalau kita perhatikan kehidupan  manusia  masa kini adalah ,mereka itu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga mereka tenggelam dalam kesibukan. Banyak di antara mereka beribadah sekedar melepas lelah saja karena ibadahnya hanya formalitas saja.

                Banyak orang berhaji tapi sedikit sekali beriman, ini dapat di lihat dari gaya hidup mereka yang kurang menampilkan nilai-nilai islami dalam kehidupan berumah tangga, bekerja dan bermasyarakat.

                Banyak orang ingat kepada Allah kalau hidupnya susah dan terjepit, jabatannya tergeser, bisnisnya suram, baru dia minta tolong kepada Allah. Potret kehidupan macam inilah yang banyak kita dapati dalam kehidupan  era global. Orang semacam ini hanya memikirkan dunia dan ingkar pertemuannya dengan Allah, sehingga mereka melalaikan diri untuk mencari bekal untuk akhirat. Orang semacam ini di ingatkan Allah SWT dalam firman-Nya diatas yang di kutip sebagai muqaddimah tulisan ini.

                Banyak orang hanya mementingkan hidup di dunia sekarang, Karena asyiknya mereka dengan  pekerjaan dunia, sehingga mereka lalai dalam mempersiapkan bekal untuk akhirat dan mereka akan menyesal di akhir hidupnya.

                Pepatah mengatakan , sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.  Tapi sayang pribahasa seperti itu hanya merupakan bunga bahasa tanpa di wujudkan dalam kehidupan manusia sudah di berikan kesempatan untuk hidup, agar di manfaatkan umur, kesehatan dan segala potensi yang di berikan  oleh Allah tersebut agar dapat di pergunakan sebaik-baiknya supaya tidak menyesal di kemudian hari nanti.

                Coba kita kalkulasi umur kita masing-masing untuk apa saja yang telah di pergunakan. Kalau kita lihat kegiatan manusia itu untuk kerja , untuk beribadah , untuk makan ,untuk minum, untuk istirahat, untuk belajar, untuk tamasya/ wisata/ main-main, kalkulasi mana yang banyak di lakukan di antara aktifitas ini?

                Tentu ibadah adalah paling sedikit porsi waktunya yang di pergunakan manusia  selama hidup. Andaikan orang islam shalat paling lama 50 menit sehari semalam, jika dia setiap waktu 10 menit, kenyataanya tidak demikian kecuali yang sudah terlatih.

Hanya beberapa menit 

                Coba di kalkulasikan lagi 50 menit dari 24 jam, hanya berapa menit  yang berguna atau yang bermanfaat untuk menghadap Allah , itupun kalau khusyuk. Masih kurangkah fasilitas yang di berikan Allah terhadap kegiatan manusia di dunia, sehingga dia melalaikan kewajiban kepada Allah?

                Jika saat itu membutakan matanya terhadap fasilitas dunia yang tidak terbatas jumlah pemuasannya, sungguh itu akan membutakan dirinya nanti di hadapan Allah . Allah SWT tegaskan  itu dalam surah Thahaa (20) ayat 124-126. “Dan barang siapa yann berpalig dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya  kehidupan yang sempit dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat(dalam keadaan) buta.”.

                Allah SWT membutakan mereka nanti, akibat dari suka meremehkan / menyepelekan perintah Allah atau ayat-ayat Allah, padahal mereka di dunia dahulu melihat (tidak buta).  

                “berkata dia: ya tuhan ku , sungguh engkau mengumpulkan aku dalam (keadaan buta), padahal sungguh aku (dahulu) seorang yang melihat.?” Allah selanjutnya memberikan jawaban kepada orang buta matanya itu, sebagaimana firman-Nya: “demikianlah telah datang kepada mu ayat-ayat kami, maka kamu melupakan-Nya dan demikian( pula) hari ini kamu di lupakan (tidak di perdulikan)”.

Inilah nasib orang

                Inilah nasib orang islam yang melupakan ayat Allah SWT, yang hanya membaca Al quran dan tidak mengamalkan isinya. Bagaimana mereka akan mengamalkannya, memahami saja tidak. Banyak di antara mereka terkena bujuk rayuan dunia yang menggiurkan , tapi dia melupakan nasibnya di akhirat. Karena imannya masih setengah-setengah, kebanyakan orang islam yang beriman di bibir saja tapi tidak di hati dan perbuatan.

                Kebiasaan-kebiasaan yang menyenangkan sukar untuk di tinggalkan, Karena sifat manusia itu selalu mencari kesenangan  dan kepuasan. Padahal itu belum tentu membawa kebahagiaan, mungkin sebaliknya mereka dapat kerugian. Maka umat islam hati-hati dalam mengarungi lautan dunia, usianya pendek, nilainya rendah tetapi bahayanya  sangat besar.

                Mula-mulanya orang mencari kebutuhan dunia sebagai alat hidup, lama-lama tempat mereka sujud.  Kebanyakan cita-cita mereka hanya untuk kepuasan nafsu, kemuliaan mereka terletak pada perhiasan yang indah-indah.  Sedangkan kiblat mereka hanya untuk memuaskan nafsu, agama mereka adalah duit, pagi sore zikirnya duit. Banyak manusia mempelajari dunia dalam hal yang menyenangkan , tapi di lupa mempelajari dunia yang dapat mempengaruhi hati dan akal pikirannya sehingga lupa kepada Allah SWT.

Allah akan membiarkan saja

                Kalau orang  sudah di ingatkan berulang kali, tapi masih juga tidak di indahkannya,  Allah akan membiarkan saja apa yang di perbuatnya, tanpa teguran, berarti: di istidratkan(di luncurkan) tanpa teguran dan akhirnya dia akan menyesal.

                Bahkan ada masanya peringatan Allah SWT tidak berguna lagi kalau maut sudah datang menjemputnya. Selagi badan sehat pergunakanlah  kesempatan untuk meluangkan waktu untuk memahami  dan mengamalkan  nilai-nilai Al quran dalam sikap dan perbuatan agar hidup beruntung. Umat islam harus bisa membagi waktu hidupnya: waktu untuk melaksakan ibadah, waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah, waktu untuk melayani kebutuhan jasmani dan rohani dan waktu untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan . sebaik-baik orang adalah mereka yang tidak meninggalkan 4 macam hal tersebut.

                Bagaiman pun sibuknya seseorang  dia harus siapkan waktu Khusus untuk shalat malam, untuk mendekatkan diri kepada Allah, dalam meningkatkan daya pikir dan zikir yang akan memberikan kekuatan pada jiwa. Setelah itu di iringi dengan  mengucapkan kalimat  thayyibah  (subhanallah walhamdulillah wala ilaa ha ilallah wallahu Akbaru), sesuai dengan  kemampuan masing-masing.

Ibarat rumah kuburan

                Kalau rumah tidak di hiasi dengan  kalimat-kalimat thayyibah, sepi dari bacaan Al quran , sepi dari doa dan zikir, rumah semacam itu ibarat rumah kuburan. Bahkan banyak di huni keluarga yang senang bermaksiat, menyanyikan  musik hot merangsang nafsu. Rumah yang demikian itu adalah rumah setan dan tidak akan di masuki oleh malaikat rahmat, karena rumah itu tidak di hiasi dengan bacaan yang bernapaskan islam. Apalagi rumah tersebut terdiri dari suami isteri yang tidak punya jiwa takwa,  mereka tidak akan mendapatkan ketenangan  hidup, itulah fenomena kehidupan dunia globalisasi.

                Dunia globalisasi adalah dunia sibuk, bekerja, sibuk mengajar, sibuk bisnis, dan segala serba sibuk . saking sibuknya terjadilah kelelahan mental, sehingga terabaikan pendidikan agama bagi keluarga. Kalau kita perhatikan kehidupan di kota-kota sampai  ke pelosok-pelosok desa, kurangnya komunikasi suami dan istri dan anak, sehingga si anak jalan sendiri-sendiri tanpa bimbingan. Rusaknya kepribadian anak gara-gara kurang perhatian orang tua, maka timbul penyimpangan  moral.  Apalah artinya rumah tangga, kalau tidak dapat melahirkan anak penyantun. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama.

                Sedangkan ajaran islam paling unggul yang tidak dimiliki ajaran lain,  belum lagi yang menyatu  dengan umatnya. Yang membuat kita prihatin, kita di perintah agar iqra` (membaca), tapi tidak di laksanakan.,kalau bisa membaca tetapi tidak bisa memahami, bilamana memahami, tetapi tidak menghayati malahan tidak berbuat. Bila mana berbuat tapi tidak pula dapat melanjutkan.

                Kalau kita perhatikan kehidupan islam sekarang bagaikan perahu tanpa kemudi, mereka akan di hanyutkan oleh gelombangn hidup dan tidak tentu arah dan tujuannya. Bagaimana bila hidup di dunia tanpa petunjuk Allaha? Apakah hasil pemikiran sarjana sudah sampai kepada kesimpulan yang demikian, tolong di renungkan.

                Kebanyakan orang kurang bersemangat untuk menumbuhkan dan menerapkan  ajaran agamanya dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan umat islam tidak lagi memperhatikan  nilai agamanya dan agamanya hanya di anggap sebagai(symbol) lambang saja, berarti islam tinggal nama saja, Al quran tinggal tulisan saja bahkan  tidak sempat di baca, itulah dunia global.

                Sekarang orang banyak datang kemesjid,  tetapi hatinya jauh dari hidayah Allah. Banyak orang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya, karena imannya masih lemah. Kelemahan iman itu tidak mampu  menghadapi berbagai kendala menghadapi dunia global. Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan umatnya melalui sabdanya: “orang mukmin yang kuat lebih baik dan disenangi oleh Allah dari pada mukmin yang lemah:, (HR. Muslaim).

                Kuat fisiknya dan mentalnya, kuat pendiriannya, kuat pemikirannya, kuat ekonominya dan usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semoga kita warga Muhammadiyah termasuk mukmin yang kuat dan cerdas dalam menghadapi globalisasi ini. amiin.

Sumber: Uswatun Hasanah 2017 Andi M

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker