BeritaIbadahTanya Jawab Agama

MASALAH SHALAT FARDHU DAN SUNAT: Sunat Sebelum dan Sesudah Ashar

Tanya Jawab Agama Jilid II

Tanya: Ada yang menerangkan bahwa sebelum dan sesudah shalat Ashar tidak ada shalat sunat. Bagaimana kalau kita datang di masjid untuk shalat Ashar apakah tidak dibenarkan melakukan shalat tahiyyatul masjid? Padahal hal itu dianjurkan? (A. Mubarak Aji Saman, anggota Pemuda Muhammadiyah Ranting Lempesu)

Jawab: Yang benar adalah adanya larangan shalat sunat sesudah Ashar, artinya shalat ba’diyah yang biasa dikerjakan sebagaimana shalat sunat sesudah Dzuhur, sunat sesudah Maghrib dan sunat sesudah ‘Isya. Adapun melakukan shalat sesudah melakukan shalat Ashar kalau ada dasar pelaksanaannya seperti shalat jenazah, maka tidak dilarang. Karena Nabi sendiri melakukan shalat sesudah melakukan shalat Ashar, tetapi bukan shalat sunat ba’diyah. Sehingga larangan shalat sesudah Ashar bukan larangan HATMAN artinya larangan yang keras. Nabi pernah melakukan shalat sesudah Ashar, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan Ummu Salamah.

عَنْ أَمّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْهُمَا – يعني الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ . ثُمَّ رَأَيْتُهُ يُصَلِّيْهِمَا، أَمَّا حِينَ صَلَاهُمَا فَإِنَّهُ صَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ دَخَلَ وَعِنْدِي نِسْوَة مِنْ بَنِي حَرَام مِنَ الْأَنْصَارِ فَصَلَاّهُمَا فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ الْجَارِيَةَ فَقُلْتُ : قُوْمِي بِجَنْبِهِ فَقُولِي لَهُ تَقُولُ لَكَ أمّ سَلَمَةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ سَمِعْتُكَ تَنْهَى عَنْ هَاتَيْنِ الرَّكْعَتَيْنِ وَأَرَاكَ تُصَلِّيهِمَا فَإِنْ أَشَارَ بِيَدِهِ فَاسْتَأْخِرِي عَنْهُ فَفَعَلَتِ الْجَارِيَةُ فَأَشَارَ بِيَدِهِ فَاسْتَأْخَرْتُ عَنْهُ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : يَا بِنْتَ أَبِي أُمَيَّةَ, سَأَلْتِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ فَإِنَّهُ أَتَانِي نَاس مِنْ بَنِي عَبْدِ الْقَيْسِ فَشَغَلُونِي عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ فَهُمَا هَا تَانِ (رواه البخاري ومسلم )

  Artinya: Ummu Salamah ra, berkata: “Saya dengar Nabi mencegah kita mengerjakan shalat dua rakaat sesudah Ashar, kemudian saya lihat beliau mengerjakannya. Adapun masa beliau mengerjakannya, ialah (pada suatu hari) setelah beliau mengerjakan sembahyang Ashar, masuklah ke kamarku. Disisiku ada beberapa wanita dari golongan Bani Haram dari golongan Anshar, lalu beliau shalat dua rakaat. Maka saya suruh pergi kepadanya seorang jariyah, serta aku berkata kepadanya: Berdirilah engkau di samping Rasul, katakan kepadanya: Ummu Salamah berkata kepada engkau: “Ya Rasulullah, dia dengar engkau mencegah orang mengerjakan dua rakaat ini dan saya lihat engkau mengerjakannnya?” Maka jika beliau mengisyaratkan dengan tangannya, mundurlah engkau dari padanya. Jariyah itu melaksanakan apa yang disuruhnya. Maka Nabi pun mengisyaratkan dengan tangannya lalu jariyah pun mundur. Sesudah beliau bersalam, beliau berkata: “Wahai anak perempuan Abi Umaiyah, engkau bertanya tentang dua rakaat sesudah Ashar. Sesungguhnya telah datang kepadaku beberapa orang dari Bani Abdii Qais yang menyebabkan aku tak dapat mengerjakan dua rakaat shalat sesudah Dzuhur maka inilah shalat ini.”

Dari riwayat di atas jelas bahwa larangan melakukan shalat sesudah Ashar bukan larangan yang HATMAN. Hadis lain membuktikan bahwa larangan shalat sesudah Ashar itu tidak ada larangan yang keras ialah Hadis riwayat Muslim dan An Nasaiy dari Ibnu Abi Harmalah.

عَنِ ابْنِ أَبِي حَرمَلَةَ قَالَ : إِنَّ سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ سَأَلَ عَائِشَةَ عَنِ السَّجْدَتَيْن  اللَّتَيْنِ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُصَلِّيهِمَا بَعْدَ الْعَصْرِ فَقَالَتْ : كَان يُصَلِّيهِمَا قَبْلَ الْعَصْرِ ثُمَّ إِنَّهُ شُغِلَ عَنْهُمَا أَوْ نَسِيَهُمَا فَصَلَاّهُمَا بَعْدَ الْعَصْرِثُمَّ أَثبَتهُمَا وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاة دَاوَمَ عَلَيْهَا ( رواه البخاري والنسائي)

    Artinya: Dari Ibnu Abi Harmalah ia menyatakan, bahwa Abu Salamah Ibnu Abdurrahman bertanya kepada Aisyah tentang dua rakaat shalat yang Rasulullah kerjakan sesudah shalat Ashar. Maka Aisyah menjawab: “Biasa Nabi mengerjakan shalat itu sebelum Ashar. Pada suatu hari beliau tidak dapat mengerjakannya atau lupa, maka beliau mengerjakan dua rakaat itu sesudah Ashar. Lalu menetapkan (kebolehannya), dan kalau Nabi telah melakuan shalat sekali, maka tetap membolehkannya.” (HR. Muslim dan An Nasaiy dari Ibnu Abi Harmalah).

Hadis ini menunjukkan kebolehan melakukan shalat diwaktu sesudah Ashar. Bahkan Hadis itu juga sebagai petunjuk bahwa shalat sunat sebelum Ashar itu ada dan menjadi kebiasaan Nabi. Mengingat pentingnya kalau kelupaan atau sibuk diganti dengan sesudah Ashar. Sebagaimana diriwayatkan oleh An Nasaiy dari Ummu Salamah.

عَن أَمّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : شُغِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْعَصْرِ فَصَلَاّهُمَا بَعْدَ الْعَصْرِ ( رواه  النساني)

   Artinya: Dari Ummu Salamah ra, ia berkata: “Rasulullah pernah terlupakan dari melakukan shalat sunat sebelum Ashar, maka beliau lakukan sesudah Ashar.” (HR. An Nasaiy dari Ummu Salamah).

Shalat sebelum Ashar ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Maimunah, dan ketika kelupaan juga dilakukan sesudah Ashar. Dengan demikian tidak ada larangan melakukan shalat sebelum Ashar, apalagi tahiyatul masjid. Juga adanya kebolehan melakukan shalat sesudah Ashar kalau ada seuatu keperluan seperti shalat jenazah, shalat tahiyatul masjid, kalau seseorang masuk masjid padahal telah melakukan shalat Ashar. Dan yang jelas tidak ada tuntunan shalat sunat sesudah shalat Ashar (sunat ba’diyah).

Sumber: Buku Tanya Jawab Agama Jilid II, Halaman 72-75

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker