default

Fatwa Tarjih Muhammdiyah : Pengusaha Yang Sukses

Saudara Muslimin,

Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Pertanyaan:

Beberapa waktu yang lalu saya menyaksikan perbincangan seorang pengusaha yang sukses. Kesuksesan mereka yang sangat menonjol, adalah karena bantuan dari sebuah bank, dan keuletan berusaha, dengan tidak menyebutkan bahwa sebenarnya kesuksesan itu suatu karunia dari Allah SWT, sehingga ada kesan mengingkari karunia dari Allah. Yang ingin saya tanyakan, betulkah kesan saya tersebut? Mohon penjelasannya, tentang orang yang mengingkari karunia Allah SWT.

Jawaban:

Allah SWT adalah Maha Pengasih lagi Maha Pemurah terhadap hamba-Nya. Dia memberikan karunia kepada hamba-Nya tanpa batas, sehingga apabila kita hitung, tidaklah mampu menghitungnya, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

وَءَاتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ. [إبراهيم (14):34

Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).” (QS. Ibrahim {14}:34)

Karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya meliputi berbagai macam kebutuhan hidup, yang wajib disyukuri, maka amat besarlah dosanya jika mengingkari karunia Allah SWT, dan termasuk perbuatan tercela, yang amat dibenci Allah SWT.

Dalam suatu hadits diungkapkan, bahwa pernah terjadi suatu cobaan yang menimpa tiga orang dari Bani Israil, karena dua di antara tiga orang tersebut mengingkari karunia Allah, maka dua orang tersebut akhirnya menjadi sengsara. Adapun kisah lengkapnya adalah sebagai berikut:

“Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi ‘Amrah, bahwa Abu Hurairah menyampaikan hadits kepadanya, bahwa dia mendengar Nabi saw bersabda: Bahwa ada tiga orang dari Bani Israil; seorang di antaranya berpenyakit kusta, yang seorang botak, dan yang seorang buta; Kemudian Allah berkehendak memberikan cobaan kepada mereka; Maka Allah mengutus Malaikat datang kepada mereka. Pertama-tama ia mendatangi orang yang berpenyakit kusta, lalu berkata: Apakah yang paling kamu inginkan? Ia menjawab: rupa yang bagus, kulit yang bagus, dan hilang dariku apa yang menyebabkanku manusia jijik kepadaku. Nabi bersabda: Lalu Malaikat tersebut mengusapnya, maka hilanglah dari orang tersebut semua kotorannya, dan diberi rupa yang bagus dan kulit yang bagus. Lalu Malaikat bertanya: Harta apa yang paling engkau cintai? Orang tersebut menjawab: Unta. Nabi bersabda: Lalu orang itu diberi unta betina yang sedang bunting. Lalu Malaikat berdoa: Semoga Allah memberikan berkah kepadamu pada unta tersebut. Nabi saw bersabda: Lalu Malaikat itu mendatangi orang yang terkena penyakit botak, seraya katanya: Apakah yang kamu inginkan? Orang itu menjawab: Rambut yang bagus dan hilang dariku penyakit ini yang menyebabkan orang jijik kepadaku. Nabi saw bersabda: Lalu Malaikat itu mengusapnya, maka hilanglah penyakitnya, dan ia diberi rambut yang indah. Lalu Malaikat itu bertanya: Harta apa yang paling kamu cintai? Ia menjawab: Lembu. Lalu ia diberi lembu yang sedang bunting. Kemudian Malaikat itu berdoa: Semoga Allah memberikan barakah kepadamu pada lembu itu. Kemudia Malaikat itu mendatangi orang yang buta, lalu bertanya: Apakah yang kamu inginkan? Orang buta itu menjawab: Aku ingin Allah mengembalikan penglihatan kepadaku, sehingga aku dapat melihat manusia. Nabi bersabda: Lalu Malaikat itu mengusapnya, maka Allah mengembalikan penglihatannya. Lalu Malaikat bertanya: Harta apa yang paling kamu cintai? Orang itu menjawab: Kambing. Kemudian ia diberi kambing yang sedang bunting. Kemudian binatang-binatang tersebut melahirkan, Nabi saw bersabda: Tak lama kemudian orang yang terkena kusta mempunyai lembah unta, orang yang botak mempunyai lembah lembu, dan orang yang buta mempunyai lembah kambing.

Nabi saw bersabda: Kemudian Malaikat mendatangi lagi orang yang terkena penyakit kusta dalam rupa dan keadaan yang sama, seraya katanya: Saya adalah orang miskin dan telah terputus hubungan dengan kerabat dalam bepergianku, maka tiada yang dapat mencukupi aku hari ini kecuali Allah SWT, kemudian engkau. Aku minta kepadamu demi Allah yang telah memberimu rupa yang bagus dan kulit yang bagus serta harta, seekor unta saja untuk mencukupi aku dalam bepergianku. Lalu orang itu menjawab: Maaf kebutuhanku amat banyak. Lalu berkatalah Malaikat kepadanya: Sepertinya aku telah kenal engkau, tidakkah dahulu berpenyakit kusta, yang menyebabkan orang jijik kepadamu? Lagi fakir, kemudian Allah memberikan karunia kepadamu? Lalu orang itu menjawab: Saya mewarisi harta ini dari nenek moyangku. Kemudian Malaikat berkata: Jika kamu berdusta, maka Allah akan menjadikan kamu seperti semula.

Nabi saw bersabda: Lalu Malaikat mendatangi orang yang botak dalam rupa dan keadaan yang sama, lalu berkata kepadanya seperti ia katakana kepada orang yang berpenyakit kusta, dan orang itupun menolak permintaannya sebagaimana orang yang berpenyakit kusta. Kemudian Malaikat berkata: Jika kamu berdusta, maka Allah akan menjadikan kamu seperti semula.

Nabi saw bersabda: Kemudian Malaikat mendatangi orang yang buta dalam rupa dan keadaan yang sama, lalu berkata: Saya adalah orang miskin yang sedang dalam perjalanan, telah putus hubungan dengan keluarga karena bepergianku, maka tidak ada yang mencukupi aku hari ini kecuali Allah SWT, kemudian engkau, aku minta bantuan kepadamu, demi Allah yang telah menjadikan kamu dapat melihat kembali, satu ekor kambing saja untuk mencukupi bekalku dalam bepergian. Lalu berkatalah orang itu: Dahulu saya memang buta, kemudian Allah menjadikan aku dapat melihat kembali, maka ambillah apa yang engkau kehendaki dan tinggalkan apa yang engkau kehendaki, demi Allah saya tidak merasa keberatan hari ini terhadap apa yang kamu ambil karena Allah. Lalu berkatalah Malaikat: Jagalah hartamu, sesungguhnya kamu sedang diuji. Allah telah meridlai kamu dan murka kepada kedua temanmu. (Ditakhrijkan oleh Muslim, Juz II, Kitab al-Fitan, No. 10/2964, hlm. 697).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa orang yang mengingkari karunia Allah SWT, akan mendapatkan siksaan yang sangat pedih, sebab sebenarnya orang yang mengingkari karunia Allah adalah orang sombong, menganggap dirinya mempunyai kekuatan dan kemampuan, padahal semuanya itu dari Allah SWT. Maka dari itu, ajaran Islam tidak membenarkan jika ada orang yang mengungkapkan kesuksesannya tanpa disertai penegasan bahwa sebenarnya kesuksesan itu berasal dari Allah, dengan tujuan untuk membanggakan dan menyombongkan kesuksesan tersebut. Namun apabila hal tersebut diungkapkan tanpa berniat sombong atau membanggakan diri, misalnya untuk menunjukkan bahwa usaha yang ulet itu akan membuahkan hasil yang baik, maka hal itu tidak menjadi persoalan. Rasulullah saw pernah bersabda:

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. (رواه البخاري

Artinya: “Dari Umar ibn al-Khathab ra. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya. Dan sesungguhnya setiap perkara itu tergantung apa niatnya.” (HR. al-Bukhari). *sd)

Sumber : Fatwa Tarjih Muhammdiyah 2004

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker