BeritadefaultKhazanah

JALAN MENUJU PERSATUAN UMAT

PART II dari Buku Pesan-Pesan 2 Pemimpin besar Indonesia

JALAN MENUJU PERSATUAN UMAT

PART II dari Buku Pesan-Pesan 2 Pemimpin besar Indonesia

(Oleh : KH. Ahmad Dahlan)

Para pemimpin harus mengerti benar tingkah-laku, keadaan, adat-istiadat orang-orang yang dipimpinnya agar supaya mampu berbuat dengan mengingat kemampuan sendiri tanpa harus tergesa-gesa serta memahami berbagai hal yang dapat diterima dan dapat ditolak oleh mereka. Jika hal dia atas itu dapat dipenuhi, dapatlah diharapkan tumbuhnya keadaan yang mengarah kepada terjacapainya “Kesatuan hati manusia”.
Sudah menjadi kebiasaan manusia, akan menjadi gembira apabila mereka memahami, melaksanakan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh gurunya dan sejala dengan teman dan pikirannya sendiri dan hal yang demikian ini akan dipertahankan erat-erat lahir-batin. Terlebih lagi jika hal itu sudah pula menjadi kebiasaan nenek-moyang mereka, karena mereka menganggap dan percaya akan mendatangkan kebahagiaan dan yang menyalahinya akan memperoleh kesengsaraan dan kecelakaan. Jika para pemimpin memperhatikan maka keadaan ini tidak hanya terdapat dalam masyarakat Islam saja namun juga pada masyarakat Budha, Kristen dan Yahudi.
Wahai para pemimpin! Kebenaran itu hanya satu, maka bagaimanakah mendapatkan kebenaran yang satu itu agar tidak mengakibatkan kesalahan dihadapan Allah Yang Maha Suci?
Di samping itu juga telah mejadi kebiasaan manusia; merasa segan dan tidak mau menerima hal-hal yang kelihatannya baru dan berdeda dengan apa yang sudah dijalani selama ini. Karena mereka menyangka bahwa barang yang yang kelihatannya baru tersebut akan mendatangkan kecelakaan dan kesusahan walaupun jelas dan nyata bahwa orang-orang yang mengerjakan sesuatu yang baru tersebut memperoleh kesenangan dan kebahagiaaan, kecuali orang-orang yang benar-benar berusaha menemukan hal-hal yang baik bagi sebagian besar orang serta mereka yang selalu berpikir secara mdalam dan luas.
Hal-hal yang seperti tersebut di atas jelas merupakan sesuatu yang tidak baik, karena hanya berhukum kepada adat-kebiasaan dan adat-istiadat, padahal adat-istiadat itu tidak boleh dijadikan dasar hukum dalam menentukan baik-buruk, betul-salah. Hanya hukum yang sah dan sesuai dengan hati yang suci.
Uraian seperti tersebut di atas harus dipikir secara sungguh-sungguh mendalam, agar manusia bersatu hati, karena kebahagiaan dan kecelakaan itu amat tergantung kepada pemikiran dan kesatuan hati tersebut.
Oleh karena itu saya sangat berharap agara supaya para pemimpin itu berusaha mempersatukan hati manusia, karena sebelum semua manusia bersatu-hati sudah barang tentu para pemimpin itu terlebih dahulu wajib bersatu-hati. Marilah para pemimpin untuk segera berkumpul membicarakan kebenaran (hak) tanpa memandang dan memilih bangsa. Dan jangan sekali-kali puas dan putus-asa sebelum menemukan kebenaran tersebut. Dengan kebenaran yang kita temukan maka bukankah manusia lalu satu asasnya, satu pengetahuannya dan satu tindakannya.
Secara ringkas dan tegas, maka seluruh manuisa harus berhati-hati mufakat yang disebabkan oleh karena segala pembicaraan memakai hukum yang sah dan hati yang suci, terus menerus tanpa putus asa sampai semua hati manusia bersatu. Namun demikian kenapa manusia mengabaikan dan menolak kebenaran?

Sebab-Sebab manusia mengabaikan kebenaran :

1. Sebagian besar karena bodoh.
2. Karena tidak cocok dengan orang yang membawa kebenaran.
3. Mempunyai kebiasaan sendiri sejak nenek-moyangnya.
4. Merasa khawatir berpisah dari sanak-saudara serta teman-temannya.
5. Merasa khawatir kehilangan kemuliaan, pangkat, kebesaran, kesenangan dan sebagainya.
Selanjutnya perlu diperhatikan dan dipikirkan hal-hal sbb:
1. Manusia itu perlu dan harus ber-agama.
2. Agama itu pada mulanya bercahaya berkilauan, akan tetapi semakin lama semakin suram. Namun yang suram bukanlah agamanya, akan tetapi orang yang memeluk agama tersebut.
3. Manusia harus mengikuti aturan dan syarat yang sah yang sesuai dengan akal pikiran yang suci, jangan membuat keputusan sendiri.
4. Manusia wajib mencari tambahnya ilmu pengetahuan, jangan sekali-kali merasa telah cukup pengetahuannya, apalagi menolak pengetahun orang lain.
5. Manusia itu perlu dan wajib menjalankan dan melaksanakan pengetahuan yang utama, jangan hanya sekedar pengetahuan semata.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker