BeritaKhazanahQuotes

Kisah Ketika KH. Ahmad Dahlan Rentan Sakit (II)

Part II

Setelah dua orang penjemput istirahat sementara dan memberitahukan perkabaran di Yogyakarta, sambil bersiap siap turun dari Tretes dengan taksinya menuju ke Malang. Menginap satu malam dan pagi harinya berangkat dengan spoor pagi yang menuju Yogyakarta. Jam 5 sore tiba di Stasiun Tugu, terus pulang menuju rumah dengan selamat tidak kurang satu apa.

Alhamdulillah. Setibanya di rumah, keluarga di rumah merasa terkejut melihat KHA. Dahlan tampak badannya lebih kurus dan kakinya bengkak, tetapi roman wajahnya kelihatan gembira dan cahaya wajahnya berseri-seri agak mengurangkan kesedihan hati mereka para keluarga. Oleh karena pulangnya KHA. Dahlan dari petirahan Tretes karena adanya rapat tahunan Muhammadiyah 1923, sekalipun bagaimana juga keadaan dirinya yang dalam kurang sehat itu, karena merasa tanggung jawab sebagai Ketua Umum H.B. Muhammadiyah, ingin juga akan memberikan wasiat dan amanat kepada rapat tahunan tersebut sebagai pembukaan rapat itu. Hadirnya beliau KHA. Dahlan dalam rapat tahunan didampingi oleh anggota H.B. Muhammadiyah yang sengaja menyertainya. Dan disambut oleh beberapa orang dengan salaman, lalu duduk di kursi di meja pimpinan bersama sama kawan anggota H.B. Muhammadiyah.

Sebelum rapat tahunan dibuka, ketua KHA. Dahlan lebih dahulu mengucapkan selamat datang dan banyak terima kepada hadirin, mudah-mudahan rapat ini membawa hasil yang memuaskan dengan taufiq dan hidayat Tuhan Allah swt. Amin. Rapat dibuka dengan membaca Al-Fatikhah, dan diketok. Pimpinan diserahkan kepada yang lain, KHA. Dahlan tampil ke mimbar memberikan wasiat, amanatnya sepatah dua patah kepada hadirin. Perkataan beliau dengan bahasa Jawa Tengah yang halus, karena tak pandai bahasa Indonesia yang cukup. Dengan membawakan dua hadis yang dahulu biasa untuk iftitahnya membaca kitab dimasa mengaji dengan kitab, ialah :

“Qalallahu ta’ala, wa huwa ashdaqul qailin: “Inna ashdaqol hadis kitabullah, wa khairul haji haju Muhammadin saw. wa syarrul umuri muhdatsatuha. Wakullu muhdatsin bid‘ah wakullu bid’atin dholalah, wa kullu dhola-latin finnar”.

Yang maksudnya, bersabda Rasulullah saw, berfirman Allah swt. yaitu sebenar-benarnya daripada orang-orang yang berkata; Jelasnya firman Allah itu lebih benar daripada kata-kata manusia yang berkata. Apakah firman Allah? Sungguh sebenar-benar cerita ialah Kitab Allah dan sebaik-baiknya petunjuk ialah petunjuk Muhammad saw. dan seburuk-buruk segala perkara itu ialah perkara yang dibuat-buat, semua perkara yang dibuat-buat itu bid’ah dan segala macam bid’ah itu sesat, dan segala yang sesat itu masuk neraka.

Lagi sabda Nabi, “Taroktu fikum amraini ma idz tamassaktum bihima lantadhillu abada, kitabullah wa sunnati rasulihi.” Yang maksudnya, Telah kutinggalkan didalammu dua perkara, selama dua perkara itu kamu pegang teguhteguh, tidak akan sesat kamu selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnat Rasul-Nya. Dua buah hadis di atas itu dengan penjelasannya yang ditekankan dalam rapat tahunan Muhammadiyah kepada anggota-anggotanya, sehingga tercetaklah jiwa anggota Muhammadiyah menjadi jiwa Muhammad. Kar

ena pada keyakinannya, untuk merobah keadaan Islam di Indonesia yang sudah menjadi Islam jahiliyah itu, tidak mungkin kalau akan berhasil, bila tidak dengan gerak ummat yang giat dan kuat serta betul-betul ummat itu berjiwa Muhammad. Jadi khulasohnya, Muhammadiyah harus berani bergerak dengan segala kekuatannya, sehingga dapat merobah adat istiadat Islam yang sudah menjadi jahiliyah itu, menjadi adat istiadat Islam yang mengikuti Sunnah Rasul-Nya.

Demikianlah diterangkan kurang lebih 30 menit, KHA. Dahlan lalu turun dan tidak duduk kembali, tetapi terus pulang ke rumah. Rapat diteruskan oleh pimpinan yang lain. Pagi harinya diundang dokter van De Burne, beliau dokter yang menjadi langganan untuk memelihara KHA. Dahlan. KHA. Dahlan lalu diperiksa seperlunya lantas diberi obatnya dengan resep dan supaya istirahat.

Selang satu hari dokter Ofringa, sahabat karibnya KHA. Dahlan, setelah mendengar beliau sudah pulang dari Tretes, lalu ia meninjau sahabat karibnya. Setelah ia melihat keadaan KHA. Dahlan dalam sakitnya, maka ia sangat menyesal sekali karena pendapatnya sakitnya KHA. Dahlan itu tidak perlu tetirah di tempat yang jauh, apalagi di tempat yang dingin tetapi cukuplah tetirah di rumah saja, sebab yang perlu bukan tetirah jasmaninya, tetapi yang perlu tetirah ialah fikirannya, jangan memikirkan soal-soal yang berat-berat dan soal yang berat itu dilepaskan dahulu, sehingga hati tentram dan tenang. Makan yang banyak apa saja yang diinginkan boleh makan. Asal hati tenang tentram.

Nanti bila sudah baik boleh bekerja lagi fikirannya. Pendapat dan nasehat dokter Ofringa yang demikian itu diterima saja oleh Kyai dengan: “Ya”, tanpa dibantah. Tetapi..? Sejak kondur-nya KHA. Dahlan dari tetirah, K.H. Ibrahim, adik iparnya, yang menunggu melayani kepentingannya sehari-hari dalam geringnya, tentu saja KHA. Dahlan sangat puas dilayani olehnya, karena dapat mencurahkan segala isi hatinya kepada beliau, untuk kepentingan Muhammadiyah sepeninggalnya.

Tetapi yang demikian itu menurut ijti hatnya dokter dokter sangat membahayakan pada geringnya. Oleh karena itu maka diusulkan hendaknya Sdr. Dr. Somowidagdo diundang untuk memberikan pendapat dan pertimbangannya. Setelah Dr. Somowidagdo memeriksa keadaan geringnya, pendapat dan pertimbangannya malah lebih keras, sehingga perlu dilarang orang-orang yang akan meninjau kepada KHA. Dahlan dengan larangan keras. Pintu di muka harus ditutup dan papan tulis di muka pintu ditulis larangan meninjau KHA. Dahlan.

Sejak larangan meninjau itu ditulis, maka beberapa hari tidak ada orang yang berani datang meninjaunya. Dengan tidak datangnya orang yang meninjau geringnya, KHA Dahlan merasa cemas kesepian karena tidak mendengar berita gerak-geriknya Muhammadiyah daripada orang- orang yang sama bertugas akan satu-satunya proyek yang diusahakannya.

Maka dipanggil mereka itu dengan saling bergantian untuk ditanya sampai seberapa atau sampai kemana usahamu yang kamu kerjakan. Yang ditanyapun memberikan keterangan seperlunya dan secukupnya. Walaupun sudah dikurangi peninjau-peninjau yang sama menjenguk, hanya peninjau yang diundang saja, tetapi hari hari ada saja yang datang karena undangan entah satu atau dua. Sekalipun demikian tetap juga bertentangan dengan pantangan dari dokter yang memeliharanya.

Selesai

Sumber : Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan : Catatan Haji Muhammad Syoedja’

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker