BeritaKhazanahOrganisasi

Kisah Ketika KH. Ahmad Dahlan Rentan Sakit

KHA. Dahlan Sudah Sering Terganggu Kesehatannya Sejak pertengahan tahun 1923, KHA. Dahlan memang sudah sering terganggu kesehatannya, sehingga pada hari beliau memimpin rapat tahunan 1922 terpaksa meninggalkan meja pimpinan dari rapat tersebut, karena diserang penyakit yang agak berat, sehingga lalu diangkut kondur (pulang) ke rumah dan tidak dapat kembali melanjutkan rapat-rapat tahunan tersebut, karena beliau harus istirahat lebih dahulu sampai baik dan sehat betul. Demikian kata dokter yang memeliharanya. Tetapi oleh karena memang jiwanya itu sangat besar dan semangatnya tak pernah kunjung padam, jangankan beliau itu sudah merasa sehat betul, sedang merasa ringan sedikit saja, lalu bergiat kembali dengan sekadar kekuatan yang ada. Pada masa itu memang sedang banyak bertumbuh dalam Bahagian-Bahagian dari H.B.

Muhammadiyah yang sama membangun gedung-gedungnya masing-masing. Umpamanya, dalam bidang Bhg. PKO membangun Rumah Miskin, bidang Bhg. Yayasan sedang membangun Mushalla ‘Aisyiyah, bidang Bhg. Sekolah sedang membangun HIS dan Kweekschool, Mu’alimmatnya yang kesemuanya itu diawasi oleh beliau, meskipun beliau tidak mengontrol di tempat objek-objek itu, tetapi selalu menegur kepada masing- masing yang mempunyai tugas, sehingga kalau perlu mereka diundang untuk ditegur sampai kemana, sampai seberapa tugas yang telah dikerjakan. Lain daripada itu, beliau tidak henti-hentinya menerima tamu di rumah, baik dari luar maupun dari dalam Muhammadiyah.

Pada tanggal 13 bulan Januari 1923, Rumah Miskin dibuka dengan resmi oleh H.B. Muhammadiyah Bhg. PKO dengan dikunjungi utusan dari Rijkbestuur KPA. Adipati Danurejo R.T. Wiryokusumo, R.W. Dwijosewoyo, Dr. Ofrengga, Dr. R. Abdulkadir dan wakil-wakil perkumpulan di Yogyakarta yang diundang dan orang-orang yang terkemuka di Yoyakarta yang diundang. Tetapi KHA. Dahlan tidak dapat menghadiri karena halangan sakit. Anehnya, pada hari pembukaan Rumah Miskin itu ada seorang tamu dari luar daerah Yogakarta yang tidak diundang. Rupanya tamu itu boleh kami pandang seolaholah pesuruh daripada Yang Maha Murah dan Belas Kasih untuk menolong kepada Muhammadiyah dalam suatu hal yang sangat sukar dan sulit untuk melaksanakan cita-citanya yang telah lama diangankan.

Tamu itu ialah sdr. Dr. Somowidagdo dari Malang Jawa Timur. Karena melihat usaha Muhammadiyah dalam bidang Penolong Kesengsaraan Oemoem, cenderunglah hati beliau dengan sangat terharu ingin hendak menceburkan diri menyerahkan tenaganya kepada Muhammadiyah dalam bidang Bhg. PKO dengan tidak pakai syarat. Angan-angan yang demikian itu disampaikan kepada KHA. Dahlan yang beliau sedang sakit di rumahnya, diantar dengan seorang temannya, sdr. Dokter hendak bicara sendiri kepada KHA. Dahlan. Setelah sampai di rumahnya, diterimalah oleh beliau dengan segala senang hati dan gembira. Setelah sama bersalaman dan mengenalkan diri satu sama lain, sdr. Dokter dipersilahkan duduk yang baik, lalu sdr. Dokter Somowidagdo menyatakan maksudnya yang terkandung dalam kalbu dengan secara wajar. Pernyataan sdr. Dokter itu diterima dengan besar hati dan gembira, karena itulah yang telah lama diharap-harapkan taufiq dan hidayat daripada Allah swt. Yang Maha Murah dan Belas Kasih.

Kemudian, Ketua H.B. Muhammadiyah Bhg. PKO diundang untuk menerima sdr. Dokter dan menyelesaikan perundingan selanjutnya sampai berhasil. Betapa besar dan gembiranya KHA. Dahlan menerima kedatangan sdr. Dokter Somowidagdo yang menyerahkan tenaga dirinya sebagai dokter kepada H.B. Muhammadiyah yang seolah-olah tidak dengan syarat itu. Walaupun belum menyampaikan suatu resep untuk Kiyai, tetapi pribadinya sdr. Dr. Somowidagdo laksana menjadi obat yang mujarab bagi sakitnya KHA. Dahlan. Mudah-mudahan pandangan rasa yang demikian itu benar. Amin.

Alhamdulillah, memang setelah KHA. Dahlan mendengar keputusan perundingannya H.B. Muhammadiyah Bhg. PKO dengan Dr. Somowidagdo sudah selesai dan bahkan sudah direncanakan bila hari tanggal berapa Balai Pengobatan itu akan mulai dibuka walaupun secara sederhana dengan rencana yang konkrit, tampaklah riang gembiranya, seolaholah sudah sehat 100% sakitnya, tetapi masih belum keluar dari rumah. Untuk menyempurnakan kesehatan KHA. Dahlan karena hampir mendekati bulan rapat tahunan 1923, maka musyawarah H.B. Muhammadiyah yang khusus membicarakan hal itu, diputuskan KHA. Dahlan dipersilahkan supaya mengambil kesempatan istirahat atau tetirah keluar daerah, supaya dapat bersungguh-sungguh istirahat dengan tenang tidak terganggu dan terdesak urusan hari-hari, baik urusan kumpulan maupun urusan yang lain. Tempat dan waktu istirahatnya diserahkan kepada KHA. Dahlan sendiri. H.B. Muhammadiyah menyetujui saja. Kemudian KHA. Dahlan memberikan pernyataan tempatnya di Gunung Tretes, bawah Karesidenan Malang Jawa Timur.

Adapun berangkatnya dipertangguhkan untuk mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Setelah selesai persiapan perlengkapannya, KHA. Dahlan menentukan hari dan jam berangkatnya dari Yogyakarta. Dan berangkatnya harus diantar oleh sedikitnya dua orang dari anggota H.B. Muhammadiyah yang ditentukan, ialah sdr. H. Fakhrudin dan sdr. M. Abdullah. Sesudah mendapat tempat yang baik di Tretes, KHA. Dahlan pun sudah puas. Sesudah dua malam, para pengantar itu sama minta diri pulang ke Yogyakarta. Menurut laporan daripada dua orang pengantar dari Tretes, bahwa KHA. Dahlan sudah tentrem tenang hati mustarih, karena sudah dapat pelayan yang jinak dan cakap untuk melayaninya dengan memuaskan. Kita semua yang menerima dan yang mendengar laporan itu serempak membaca Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Tetapi KHA. Dahlan ada beda daripada yang lain. Setelah mendengar laporan bahwa KHA. Dahlan sudah tenteram, tenang dan mustarih lantas serempak membaca alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Padahal, sepulangnya dua orang pengantar, mumpung masih ada kesempatan, lantas menyingsingkan lengan bajunya bertabligh kepada penghuni di Tretes sambil membina surau sampai berdiri tegak untuk berjamaah lima waktu. Walaupun sesungguhnya sakitnya tidak mengurang malah bertambah. Namun, di Tretes berdirilah dengan tegak sembahyang berjamaah lima waktu di surau yang baru itu.

Oleh karena sudah hampir dua bulan KHA. Dahlan dalam tetirahnya dan sedang hari rapat tahunan 1923 hampir tiba waktunya, tetapi KHA. Dahlan masih ayem tenteram belum dijemput oleh dua orang anggota H.B. Muhammadiyah ke Tretes. Setibanya dua orang penjemput dari Yogyakarta di Tretes, terlihat pribadinya KHA. Dahlan tampak tidak tambah sehat, malah tambah berat. Badan tambah kurus tetapi kakinya bertambah bengkak. Hanya cahaya roman wajahnya kelihatan gembira dan berseri-seri dan senyum karena hatinya merasa puas, bahwa usahanya selama tetirah, yaitu bertabligh dan menegakkan surau untuk menegakkan sembahyang berjamaah lima waktu. KHA. Dahlan degan terganggu kesehatan jasmaninya itu tidak harus dipandang sebagai rintangan yang menghalangi tugas, rasa tanggung jawab akan sesuatu kewajibanan yang harus ditunaikan olehnya.

Bersambung

Sumber : Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan : Catatan Haji Muhammad Syoedja’ 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker