default

LANGKAH YANG KEENAM “Menegakkan Keadilan”

12 TAFSIR LANGKAH MUHAMMADIYAH

Oleh : KH.M. Mansur

“Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai badan sendiri; dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu harus dibela dan dipertahankan dimana saja.
firman Allah Ta’ala:

يَآاَيُهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلهِ وَلَوْعَلَى اَنْفُسِكُمْ اَوِالْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِيْنَ  . اِنْ يَكُنْ غَنِياًّ اَوْ فَقِيْراً فَاللهُ اَوْلَى بِهِمَا ، َفلَا تَتَّبِعُوْا الْهَوَى اَنْ تَعْدِلُوْا وَاِنْ تَلْوُوْا اَوْتُعْرِضُوْا فَاِنَ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا   [[النساء :135

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sekalian orang-orang yan menegakkan keadilan, bersaksi kepada Tuhan Allah meskipun mengenai diri sendiri, atau kedua ayah bunda dan kedua sanak saudaramu; jika keadaanya itu kaya atau miskin, maka Tuhan Allah lebih terdahulu (utama) dari keduanya. Maka kamu jangan menuruti hawa nafsu dalam pengadilanmu; kamu condong atau kamu tolak, sesungguhnya tuhan Allah itu maha mengetahui akan pekerjaanmu.”

Ayat mulia tersebut itu, adalah memberi tuntunan kepada kita:

  1. Hendaklah kita mukminin, senantiasa menetapi dan menguatkan keadilan meskipun akan mengenai kepada diri-diri kita atau kedua orang tua atau sanak saudara kita sendiri.
  2. Di dalam akan menegakkan keadilan, haruslah kita jangan memandang kefamilian (yang biasa kita bela) atau kepada kekayaan (yang biasa kita harap-harapkan) atau kepada kefakiran (yang biasa kita belas kasihani).

Didalam menetapi keaadilan itu, kita harus memndang kepada peringtah Tuhan Allah, yang sebenar-benarnya harus kita junjung tinggi melebihi dari semua barang dan lainnya.

Kemudian Allah pun menegaskan pula dalam firmanNya:

اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِىْ الْقُربَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْسَآءِ وَالْمُنْكَرْ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ  [[النحل :90

“Sesungguhnya Allah memerintahkan dengan keailan dan berbuat kebaikan dan memberi (suatu kesenangan kepada kerabat) dan Allah mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran dan kelacutan (permusuhan), Allah member nasihat kepadamu, agar kamu semua sama berfikir.”

Firman Allah Ta’ala:

اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّ الأَماَنَاتِ اِلَى اَهْلِهَا وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَّدْلِ اِنَّ اللهَ نَعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ اِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا [[النساء :57

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu semua supaya kamu sekalian mendatangkan amanat kepada ahlinya; dan apabila kamu sekalian member hukum diantara orang-orang,  hendaklah kamu hukumkan dengan keadilan. Sesungguhnya (mendatangkan amanat dan memberi hukum dengan keadilan ) itu sebaik-baiknya barang. Allah member nasihat kepadamu dengannya. Sungguh Allah itu adalah Dzat yang mendengar lagi yang melihat.”

Sesungguhnya firman Tuhan Allah yang memerintahkan kepada keadilan itu tidak hanya satu atau dua ayat saja. Yang demikian itu menegaskan bahwa keadilan itu adalah perkara yang harus kita junjung tinggi, harus kita dahulukan dan kita utamakan daripada yang selainnya. Dia harus kita pegang teguh, kita jadikan pedoman di dalam hidup kita. Sebab hanya keadilanlah yang dapat menyampaikan kemaslahatan dan kesempurnaan.

Keadilan adalah suatu perkara yang harus dipegang kuat-kuat, terutama oleh orang-orang yang memegang pimpinan, karena keadilan itu dapat menguatkan kepercayaan dan kesetiaan orang yang dipimpin engan jalan pimpinannya. Sebaliknya, kalau pemimpin itu tidak berpegang dengan keadilan, tentu hilanglah kepercayaan mereka yang ada di bawah pimpinannya.

Seorang pujangga bangsa Persi, Buzar Jamahra namanya, telah berkata:

“Bil adli qaamatis samawatu wal ardlu”. “Dengan keadilan maka berdiri langit-langit dan bumi.” Dari kata pujangga tersebut dapatlah kita mengqiyaskan. “dengan keadilan, maka akan berdirilah dengan tegak suatu perkumpulan atau pergerakan atau lain-lainnya.”

Dari firman-firman Allah Ta’ala dan menilik kepentingan keadilan didalam suatu pergerakan. Maka telah diambilnyalah “menegakkan keadilan” itu menjadi langkah Muhammadiyah.

Kepada pemimpin-pemimpin Muhammadiyah dan semua urus urusannya, kami berseru: Hendaklah langkah yang keenam ini supaya dipegang teguh-teguh dan diamalkan dengan seksama serta sungguh-sungguh, dengan tidak meninggalkan hikmah atau kebijaksanaan menurut tuntunan Kitb Al-Qur’an dan Hadist. Dan segala putusan-putusan yang sudah ditimbangkan dengan seadilnya-seadilnya itu, haruslah selalu diperingati dan dipegang kuat-kuat. Jangan sampai berubah karena suara atau desas desus atau protestan dari fihak manapun juga.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker