BeritaIbadahTanya Jawab Agama

MASALAH BACAAN DAN GERAKAN DALAM SHALAT: Mewashalkan Bacaan Fatihah dalam Shalat

Tanya Jawab Agama Jilid II

Tanya: Mewashalkan (membaca terus bersambung tanpa berhenti) bacaan Fatihah dalam shalat, ada yang berpendapat bahwa itu menyebabkan tidak sahnya shalat. Bagaimana yang sebenarnya? Mohon penjelasan. (Miftah A., MTsM Riauperiangan, Padangratu, Lampung Tengah).

Jawab: Terlebih dahulu perlu dimengerti bahwa memang dalam shalat, membaca Fatihah merupakan bacaan pokok pada tiap-tiap rakaat. Dalam pada itu perlu pula dimengerti bahwa dalam melakukan shalat sedapat mungkin kita lakukan sesuai dengan Rasulullah melakukan shalat itu, termasuk dalam membaca Fatihah. Bagaimana Nabi membaca antara lain dapat dipahami dari beberapa Hadis di bawah.

عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: سُئِلَ أَنَسٌ: كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَ :كَانَتْ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ ، يَمُدُّ بِبِسْمِ اللهِ وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ وَيَمدّ بِالرَّحِيمِ ( رواه البخاري)

  Artinya: Dari Qatadah, ia berkata: (Sahabat) Anas ditanya (oleh seseorang): “Bagaimana bacaan Nabi saw, Maka Anas ra. menjawab: “Nabi saw, membaca dengan memanjangkan suaranya”. Kemudian Anas memperdengarkan apa yang Nabi bacakan itu yakni BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM beliau memanjangkan bacaan basmalah, memanjangkan ARRAHMAAN dan memanjangkan ARRAHIM. (HR. Al Bukhari).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةً قَالَ: إِنَّ أَم سَلَمَةَ سُئِلَتْ عَنْ قِرَاءَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : كَانَ يَقْطَعُ قِرَاءَتَهُ آيَةٌ آيَةً بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ( رواه أحمد وأبو داود)

   Artinya: Dari Abdullah bin Abi Mulaikah, ia berkata: Bahwasanya Ummu Salamah pernah ditanya tentang bacaan Rasulullah saw. maka Ummu Salamah berkata: “Nabi saw. memutuskan (menghentikan) bacaannya pada setiap tempat berhenti ayat demi ayat, BISMILLAHIRRAHMANIIRAHIM (berhenti) AL HAMDU LILLAHI RABBIL’ALAMIN (berhenti) ARRAHMAANIRRAHIM (berhenti), MAALIKI YAUMIDDIN…sampai akhir surat.” (HR. Abu Dawud).

Dalam membaca MAALIKI YAUMIDDIN dengan panjang MAA, tetapi juga kadang-kadang dengan MALIKIYAUMIDDIN dengan MA tidak panjang, demikian menurut riwayat Al Hakim dan sahih. Demikian juga dalam Hadis di atas ada petunjuk bacaan BASMALAH dalam Fatihah yang dalam pemahamannya dari berbagai dalil yang ada, ada yang membaca jahr dan ada yang membacanya sir.

Dari Hadis tersebut dapat dipahami bahwa dalam membaca Fatihah hendaknya membacanya dengan ayat demi ayat. Tidak disambung, sekalipun dalam ilmu bacaan boleh saja menyambung ayat yang satu dengan ayat yang lain yang memang ada tanda kebolehan menyambung, tetapi hendaknya berhenti yang memang ada tanda kebolehan menyambung, tetapi hendaknya berhenti yang memang ada tanda berhenti yang disebut tanda WAQAF muthlaq, seperti pada akhir ayat IYYAKANA’BUDU WAIYYAKA NASTA’IN, yang ditandai dengan huruf THA. Untuk itu perlu dipelajari ilmu Tajwid, yakni ilmu baca Al-Qur’an dengan baik.

Bagi yang sudah mengetahui ilmu tersebut dan melanggarnya terutama yang semestinya wajib berhenti tetapi tidak berhenti atau yang mestinya tidak boleh berhenti tetapi justru berhenti yang akibatnya mengubah makna. Hal itu merupakan kesalahan, seperti kalau melakukan WAQAF QABIH. Keterangan ini bukan untuk memberi kesan bahwa belajar agama itu sukar dan berat, tetapi justru untuk memberi kesan bahwa dalam Islam masa belajar dan bahan yang harus dipelajari, terutama yang berkenaan dengan ibadah, tiada hentinya. Kesimpulannya dalam membaca bacaan dalam shalat dilakukan dengan tartil, sesuai dengan yang dilakukan Nabi. Tidak perlu kita memberi cap batal shalatnya bagi yang tidak demikian.

Sumber: Buku Tanya Jawab Agama Jilid II, Halaman 59-61

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker