AqidahBeritaTanya Jawab Agama

MASALAH QUR’AN DAN HADIS: Susunan Al-Qur’an

Tanya Jawab Agama Jilid II

Tanya: Ayat yang pertama turun ialah IQRA’dst, dan yang terakhir turun ialah ALYAUMA AKMALTU LAKUM dst. Mengapa mushaf itu tidak tersusun sebagaimana urutan turunannya? Yang kita baca sekarang, Al-Qur’an itu dimulai dari Surah Al Fatihah dan akhirnya Surah An Naas. Mohon keterangan. (Angku Kuning, Lgn. No. 6480).

Jawab: Rasulullah telah menetapkan beberapa orang sahabat yang bertugas sebagai penulis beliau dalam urusan wahyu. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Mu’awiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’bah, Khalid bin Walid, Tsabit bin Qais. Semua diperintahkan oleh Rasul agar mencatat setiap wahyu yang turun, sehingga seolah-olah catatan mereka telah dipandang sebagai mengumpulkan Al-Qur’an dalam dada mereka masing-masing.

Semua pekerjaan penulisan Al-Qur’an senantiasa di bawah pengawasan Nabi. Letak masing-masing ayat dan surat sudah diatur langsung oleh Rasulullah, sekalipun tempatnya masih berserakan di atas benda-benda yang ditulisi, sehingga sedikit pun tidak ada keraguan di kalangan ummat Islam bahwa penyusunan dan penempatan ayat-ayat dan surat-surat itu semuanya atas perintah Rasulullah SAW, yang tentu saja dibimbing oleh wahyu atau petunjuk dari jibril. Tidak mungkin terbalik, terlupa bertambah atau berkurang dan sebagainya. Suatu contoh, pada suatu hari sahabat yang bernama Ubay bin Ash duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba beliau mengangkat matanya sambil membetulkan letak suatu ayat, beliau bersabda:

…أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَمَرَنِي أَنْ أَضَعَ هَذِهِ الآيَةَ هَذَا الْمَوْضِعَ من هذه السورة إن الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبى

   Artinya: Jibril datang kepadaku dan menyuruh meletakkan ayat ini pada surat ini, yakni ayat “Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan dan memberikan hak kaum kerabat…” (Al Itqan 1/104).

Dari banyak Hadis didapati keterangan bagaimana cara Rasulullah SAW, mendiktekan wahyu kepada penulis wahyu dalam mencatat ayat-ayat Al-Qur’an. Terkadang Nabi membaca beberapa surat menurut tertib ayatnya, dalam sholat atau pada khutbah Jum’at yang disaksikan oleh para sahabatnya, dan tentu saja hal yang baru didengar itu dicatat oleh para sahabat, terutama para pencatat wahyu. Ini menunjukkan bahwa urusan penyusunan ayat-ayat dalam surat dan susunan surat-surat dalam Al-Qur’an adalah wewenang Nabi, dan diinstruksikan pada para pencatat untuk menyusunnya sebagaimana sekarang kita baca dalam mushaf. Keterangan seperti ini dapat dibaca antara lain pada kitab “Al Itqan”. Kitab “Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir” tulisan Prof. Hasbi Ash Shiddieqiy dan pada “Muqaddimah Al-Qur’an dan tafsirnya” oleh Departemen Agama.

Sumber: Buku Tanya Jawab Agama Jilid II Hal 29-30

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker