default

Memerangi Musuh Bersama : Kebohongan dan Kemunafikan

Oleh : Buya Risman Muchtar, M.Si

Ternyata hidup itu memang sebuah perjuangan. Tiada hari tanpa tantangan, tiada hari tanpa permasalahan. Dalam perspektif dakwah, tantangan adalah sebuah ladang amal. Semakin banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi, maka semakin terbuka lebar proyek dakwah yang bisa dikerjakan. Di negeri kita Indonesia, proyek dakwah itu masih terbentang luas. Setiap hari kita menyaksikan berbagai tontonan yang memilukan sekaligus memalukan. Ada koruptor, ada pornografi, ada terorisme, ada anarkisme, ada tawuran dan ada kebohongan publik.

Di lain pihak kita menyaksikan perilaku hedonis yang sangat materialistik, berupa pamer kekayaan dengan iring-iringan motor besar yang berharga ratusan juta hingga milyaran rupiah. Ada pamer kekayaan, berupa rumah mewah, hotel berbintang dengan segala fasilitas yang serba wah, pesta perkawinan super mewah yang dihadiri kaum birokrasi dan pejabat tinggi, para politisi mitra koalisi, para pengusaha mitra kolusi. Ironinya, semua itu berlangsung di saat masih banyak rakyat yang kelaparan dan tanpa pendidikan, banyak penduduk negeri yang penggangguran, serta banyak buruh yang kehilangan pekerjaan.

Di sisi lain pula kita lega dan berbangga hati, setiap tahun ratusan ribu orang menunaikan haji, pergi umrah silih berganti, banyak orang pakai baju koko dan berpeci, ke masjid pergi mengaji, shalat jamaah setiap hari. Tapi, korupsi makin menjadi-jadi, politisi lekat dengan korupsi, para penegak hukum apalagi, pornografi semakin berani, tawuran tak pernah berhenti, bom bunuh diri dan tindak anarki di sana sini.

Apa yang salah di negeri ini? Kenapa semua ini terjadi? Ini pertanyaan yang perlu dijawab  secara jujur, merenung sambil tafakur, sebelum semua jadi terlanjur, sebelum negeri ini semakin hancur lebur, sebelum nasi jadi bubur, sebelum kita masuk kubur. Negeri ini sudah semakin parah, rakyat sudah lelah, di mana-mana darah tertumpah. Para pemimpin bangsa, ulama, cendekia, pengusaha, pemuda dan mahasiswa, pria dan wanita, semua anak bangsa harus bersatu padu bahu membahu, saling membantu memerangi musuh bersama kebohongan dan kemunafikan. Berlagak pejuang tapi pecundang, bergaya pemborong tapi pembohong, demokratis tapi oligarkhis.

Para pemimpin bangsa harus bertobat, berhentilah berkhianat, berbuatlah untuk rakyat. Ulama jangan hanya berdebat, tapi juga memberi teladan dan nasehat, tidak hanya kepada rakyat tapi juga kepada pejabat. Para cendekia dan pendidik, harus berani melakukan kritik, temukan solusi dan jangan bersikap munafik.

Wahai Angkatan Muda, jangan ikuti dosa-dosa pendahulu-mu, perbaikilah akhlak-mu, tanamkan tauhid di dalam jiwa-mu, di tangan-mu lah masa depan bangsa, bangkitlah untuk kejayaan bangsa, negara dan agama.

Mari kita korbankan kepentingan pribadi, kelompok, partai dan golongan untuk kepentingan bangsa yang lebih besar. Allahu Akbar walillahilhamdu.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker