default

Buka Tanwir, Haedar Nashir Sampaikan Belasungkawa untuk 134 Ribu Warga Indonesia

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Membuka Tanwir II Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Sabtu (4/9) Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan duka cita terhadap wafatnya 134,356 jiwa warga Indonesia per tanggal 3 September 2021 karena Covid-19.

“Muhamamdiyah penting meletakkan musibah pandemi yang telah berjalan dua tahun ini sebagai “am al-hazmi’ atau ‘tahun duka’. Betapa berat korban sakit dan meninggal akibat virus Corona ini baik secara kuantitatif maupun kualitatif,” tuturnya.

Mengutip Ayat ke-32 Surat Al-Maidah di mana Allah menyatakan mahalnya satu jiwa manusia, Haedar menuturkan bahwa wafatnya 134 ribu penduduk Indonesia dan 4 juta lebih penduduk dunia akibat Covid-19 adalah musibah luar biasa.

“Para para dokter, tenaga kesehatan, relawan, dan berbagai pihak yang terlibat dalam usaha penanganan Covid-19 merasakan beban yang berat. Banyak saudara-saudara sebangsa terutama di akar-rumput yang terdampak sosial ekonomi dan psikososial dari pandemi ini,” imbuh Haedar.

“Karenanya diperlukan empati, simpati, peduli, dan sikap kemanusiaan yang luhur dari seluruh anak bangsa dan semua pihak dalam mengatasi musibah berat ini. Lebih-lebih bagi kaum muslimin khususnya keluarga besar Muhammadiyah sebagai umat beriman yang diajari ihsan dalam kehidupan,” nasihatnya.

Kepada warga Persyarikatan, Haedar berpesan agar pendekatan bayaniburhani, dan irfani secara interkoneksi menjadi dasar pandangan dalam memutuskan perkara apapun yang berat dan berdampak luas.

Membawakan hadis Anas bin Malik bahwa seseorang tidak memiliki iman sempurna hingga mencintai kemaslahatan orang lain, Haedar mengingatkan agar meletakkan pandemi ini secara interkoneksi dalam dimensi tauhid, habluminallah yang terhubung langsung dengan habluminannas, ilmu, ihsan, dan amal shaleh yang bermakna.

“Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi yang berat ini secara teologis memandang kehidupan sebagai sesuatu yang luhur, berharga, dan bermakna,” katanya.

“Hidup, sakit, dan mati bukanlah persoalan praktis laksana barang murah yang mudah dibuang atau sekali pakai (disposable) dengan cara pandang keagamaan dan nalar verbal yang instrumental. Hidup dan mati itu sangat berharga dan harus bermakna,” tegasnya.

Sumber : muhammadiyah.or.id

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker