BeritadefaultKhazanah

Muhammadiyah Sebagai Pelopor Penerbitan Media Muslim Mainstream

TABLIGH.ID – Dalam Statuten (Anggaran Dasar) Muhammadiyah 1912 (Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 22 Agustus 1914), salah satu misi persyarikatan in disebutkan: “…menerbitkan serta membantu terbitnya kitab-kitab, kitab sebaran, kitab khutbah, surat kabar, semuanya yang muat perkara ilmu agama Islam, ilmu ketertiban cara Islam.”

Setahun setelah keluar besluit (surat keputusan) tahun 1914, Muhammadiyah mulai mengawali penerbitan surat kabar. Di antara penerbitan Muhammadiyah pada masa awal tersebut adalah Soewara Moehammadijah, Bintang Islam dan Soeara Aisjijah.

Soewara Moehammadijah

Majalah bulanan ini terbit sejak 1915. Pada nomor edisi ke-2 bulan pertama 1915 (1333 H) terbit menggunakan bahasa dan huruf Jawa dengan tipografi yang masih sederhana. Secara umum, materi majalah adalah tentang agama dan dakwah Islam. Pemimpin redaksi pertama Suara Muhammadiyah adalah Haji Fachrodin, dengan jajaran redaksi: H. Ahmad Dahlan, H.M. Hisyam, R.H. Djalil, M. Siradj, Soemodirdjo, Djojosugito dan R.H. Hadjid. Pengelola administrasi: H.M. Ma’roef dibantu Achsan B. Wadana. Alamat redaksi dan tata usaha di Jagang Barat, Kauman, Yogyakarta. Terbitan tahun pertama ini dicetak di Percetakan Pakualaman.

Bintang Islam

Majalah dwi mingguan ini adalah metamorfosa dari Tjahja Islam yang terbit di Solo. Terbit pertama kali pada Januari 1923 di Yogyakarta menggunakan bahasa Melayu. Majalah ini memuat informasi kemajuan agama Islam di tanah air, berita umat Islam di Eropa dan menyajikan kisah-kisah kepahlawanan dalam Islam. Tiras Bintang Islam mencapai 1500 eksemplar. Jaringan pemasaran mencapai luar negeri. Selain di tanah Jawa, majalah ini tersebar di Penang, Singapura, Perak dan Johor. Pemimpin redaksi pertama: M.A Hamid. Jajaran redaksi. H.M. Sudjak, M. Soemodirdjo, dan M. Mochtar Boechari. Administrasi: Harsoloemekso. Pada tahun 1925, Mohammad Hatta dari Amsterdam membantu redaksi Bintang Islam sebagai koresponden. Majalah Bintang Islam berhenti terbit pada tahun 1931.

Soeara Aisjijah

Majalah bulanan ini mulanya adalah lembaran khusus wanita Islam di Soeara Moehammadijah yang terbit sejak awal 1925. Pada Oktober 1926 terbit nomor perdana Soeara Aisjijah yang terpisah dari Soeara Moehammadijah. Pertama kali terbit, Soeara Aisjijah masih menggunakan bahasa Latin Jawa dengan moto “Madjalah boelanan kawekdalaken deneng Moehammadijah Djokjakarta.” Tiras 1000 eksemplar. Para pengelola Soeara Aisjijah yang pertama: Siti Djoehainah (pimpinan redaksi), Siti Aminah, Siti Wakirah, Siti Hajinah, Siti Wardijah, Siti Barijah (redaksi). Alamat redaksi majalah ini yang pertama kali di Suronatan.

Selain ketiga media tersebut, sebelum tahun 1930 Muhammadiyah juga menerbit kan media-media yaitu: Muhammadi (majalah bulanan, terbit di Batavia/Jakarta), Papadanging (majalah bulanan, terbit di Solo), dan Suryo (majalah bulanan, terbit di Yogyakarta).

Di Surabaya, K.H. Mas Mansur yang waktu itu masih memimpin Muhammadiyah di Jawa Timur, menerbitkan media komunikasi antara lain Le Jinem (1920), Suara Santri (1921), serta Journal Etude dan Proprietair. Nama-nama majalah tersebut, selain Suara Santri, seolah-olah berbahasa Perancis. Padahal majalah tersebut berbahasa Jawa dan ditulis menggunakan huruf Arab Melayu (pegon). Pengaruh bahasa Perancis ini barangkali dibawa oleh K.H. Mas Mansur dari Mesir, di mana bahasa Perancis juga digunakan di Mesir karena merupakan jajahan Perancis.

Sumber:
Tim Penyusun, Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri, Yogyakarta: MPI PPM, 2013, hal. 61-64

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker