TABLIGH.ID–Pak AR pernah menyatakan kalau Muhammadiyah akan mendirikan universitas lagi, di universitas itu tidak usah dibuka Fakultas Agama, karena lulusan Fakultas Agama cenderung menjadi ‘tukang doa’.
Ketika ditanya, mengapa begitu? Beliau menjawab, agar semua fakultas di universitas itu diajarkan saja Al-Qur’an, mulai dari belajar membaca sampai tarjamahan dan tafsirnya. Misal nya, pada semester 1 diajari membaca Al-Qur’an. Semester 2 dan semester 3 diajari menerjemahkan kata per kata, mulai Surat Al Fatihah. Semester 4 dan 5 mulai diajari memahami ayat-ayat Al-Qur’an mulai Al-Fatihah lagi, dengan menggunakan ulumul Qur’an.
Jadi, kalau ketemu dengan ayat-ayat akidah, keimanan dikaji tentang iman dan akidah. Kalau ketemu ayat tentang shalat, dikaji masalah shalat. Kalau ketemu ayat keluarga dikaji tentang keluarga. Kalau ketemu ayat tentang hubungan sosial dikaji masalah-masalah sosial. Kalau ketemu dengan ayat-ayat politik kenegaraan dikaji masalah-masalah politik-kenegaraan.
Kemudian, pada semester 6 dan semester berikutnya mulai mengkaji ayat-ayat yang berkaitan dengan program studinya. Selain itu juga diberi pelajaran bahasa Arab yang ada hubungan nya dengan Al-Qur’an sejak semester satu sampai semester akhir. Dengan demikian, setiap lulusan Universitas Muhammadiyah akan dapat membaca Al-Qur’an, dapat memahami dan mengerti kandungan Al-Qur’an, khususnya dalam hubungannya dengan bidang studi yang ditekuninya.
Dengan cara seperti ini Muhammadiyah diharapkan betul betul dapat ikut mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu diharapkan setiap lulusan universitas itu dapat berkhutbah, dapat berdakwah dan dapat berdoa. Mereka akan dapat mengaitkan bidang studinya dengan Al-Qur’an dengan baik.
Sumber:
Sukriyanto AR, Biografi Pak AR: K.H. Abdur Rozaq Fachruddin (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1968-1990), Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017, h. 213-214
