Khazanah

Mengenal Fakih Usman, Menteri Agama dari Muhammadiyah

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA— Muhammadiyah tidak pernah kekurangan tokoh hebat, salah satunya Fakih Usman yang dilahirkan di Gresik, Jawa Timur tanggal 2 Maret 1904. Semasa hidupnya terlibat aktif dalam politik dan kelompok Islam selama pendudukan Jepang dan revolusi nasional berikutnya. Pada 21 Januari 1950, Fakih ditunjuk Pemerintah RI untuk memimpin Departemen Agama pada masa Kabinet Halim Perdanakusumah.

Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah, Sukriyanto AR menyebut bahwa ketika menjadi Menteri Agama, Fakih Usman awalnya tinggal di Kauman Yogyakarta, kemudian rumah tersebut ditempati dirinya sendiri dan pada akhrinya digunakan untuk kepentingan dakwah Muhammadiyah khususnya Majelis Tarjih. Setelah dari Kauman, Fakih tinggal di jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, kemudian pindah lagi ke Jakarta.

“Setelah di rumah yang di Kauman, Pak Fakih pindah ke jalan Cik Di Tiro. Ketika pindah ke Jakarta, rumah di Cik Di Tiro diserahkan ke Muhammadiyah dan dibeli Muhammadiyah seharga 300.000 gulden. Saat ini rumah Pak Fakih jadi kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” kata Sukriyanto AR dalam acara yang diselenggarakan Pondok Pesantren Budi Mulia pada Senin (25/10).

Putra Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah AR Fakhruddin ini menuturkan bahwa Fakih Usman kembali dipercaya sebagai Menteri Agama menggantikan KH. Wahid Hasyim pada masa Kabinet Wilopo sejak 3 April 1952 sampai 1 Agustus 1953. Fenomena terpilihnya Fakih Usman sebagai Menteri Agama yang kedua kalinya ini sempat mempengaruhi perkembangan partai politik Islam di tanah air. Jabatan itu mempercepat proses pemisahan Nahdlatul Ulama (NU) dari Masyumi.

“Ini memang pada waktu kalau saya tidak keliru pemilihan Menteri Agama diadakan pemungutan suara, ternyata Pak Fakih Usman (representasi Masyumi) yang terpilih. Kemudian NU keluar dari Masyumi,” kata Sukriyanto AR.

Saat Masyumi dipaksa membubarkan diri oleh rezim Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1960, tokoh-tokoh Muhammadiyah yang pernah bergabung dalam partai ini, termasuk Fakih, kembali lagi kepada Muhammadiyah yang menjadi basis aktivitas kemasyarakatannya. Sebagian dari tokoh-tokoh Muhammadiyah tersebut masih membawa cita-cita politik praktis yang pada dasarnya Muhammadiyah bukan untuk tempat berpolitik.

Melihat kondisi tersebut pada saat Muktamar Muhammadiyah yang ke-34 yang pada saat itu Ketua PP Muhammadiyah adalah Junus Anis, Fakih Usman merumuskan “Kepribadian Muhammadiyah” dengan bantuan timnya. Rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” sampai saat ini masih digunakan sebagai pedoman dan pegangan hidup bagi warga Muhammadiyah.

“Lahirnya ‘Kepribadian Muhammadiyah’ ini diawali dengan ketajaman Pak Fakih Usman mengamati perilaku, cara bergaul, dan bermasyarakat warga Muhammadiyah terutama para pemimpinnya yang jauh dari apa yang didikan, diajarkan, dan diteladankan KH. Ahmad Dahlan. Mudah terpengaruh paham-paham lain, mudah terpengaruh kepentingan politik kelompok lain, dan tidak fokus dalam mengurus dan membina Muhammadiyah,” terang Sukriyanto AR.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker