Beritadefault

Penyembah Hawa Nafsu

TABLIGH.ID–Ulama seringkali dikaitkan dengan orang-orang yang memiliki ilmu agama yang tinggi. Secara bahasa, ulama merupakan jamak dari kata ‘alim  yang berarti seseorang yang berilmu. Seorang ulama bukan hanya berilmu melainkan ia juga memiliki tugas untuk mengayomi, membina, memberi contoh serta solusi kepada umat Islam mengenai permasalahan agama maupun kehidupan sehari-hari. Di Indonesia ulama merupakan sosok yang dihormati serta seringkali dimintai pendapat terhadap suatu permasalahan.

Mengingat pentingnya sosok ulama, KH Ahmad dahlan tertarik untuk berbicara mengenai ketokohan ulama. Kata ulama di Nusantara saat itu adalah seseorang yang memegang role atau peranan. Kyai Dahlan memandang bahwa ulama perlu disorot karena akan menentukan warna umat Islam di Nusantara. Kualitas seorang ulama sangat menentukan bagaimana kondisi umat Islam. Hal ini juga merupakan salah satu bukti bahwa beliau memiliki sifat ndregil atau suka mencari masalah yang menjadi kunci perubahan masyarakat pada zamannya.

Kyai Dahlan memandang masyarakat Nusantara waktu itu perlu ketokohan seseorang yaitu ulama. Saat itu yang dibutuhkan masyarakat bukanlah ilmuwan, intelektual maupun  cendekiawan melainkan ulama. Ulama merupakan tema central dari pemikiran beliau. Tingginya perhatian beliau mengenai hal ini terbukti dari tulisan ayat Al-qur’an yang berada di atas meja kerja beliau. Berdasarkan informasi dari Kyai Zahid, diatas meja kerja beliau tertulis surat Al-Jaasiyah ayat 23 yang berbunyi :

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ…..

“Maka pernahkah kamu -Wahai Muhammad- melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?”

Dari ayat yang tertulis di atas meja Kyai Dahlan ini, kita bisa pahami bahwa penting bagi seorang ulama untuk terhindar dari sifat yang disebutkan dalam ayat tersebut. Ulama adalah penentu kondisi masyarakat maka masyarakat akan semakin rusak jika seorang ulama menggunakan menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Sebisa mungkin seorang ulama untuk tidak takluk ilmunya oleh hawa nafsunya.

Ayat di atas tentunya bukan ditujukan hanya untuk ulama. Kyai Dahlan menulis ayat tersebut untuk mewanti-wanti ulama agar tidak termasuk dari apa yang dituliskan ayat tersebut. Bahkan ayat ini penting pula untuk dihayati oleh setiap Muslim karena bisa jadi kita memang tidak menyembah sesembahan selain Allah akan tetapi kita justru menyembah hawa nafsu kita sendiri. Ulama maupun Muslim yang mengidap sifat ini berada dalam bahaya besar. Seperti lanjutan ayat tersebut yang berbunyi :

وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِه وَقَلْبِه وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِه غِشٰوَةً

“Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya”

Semoga kita dapat mengendalikan hawa nafsu kita sehingga terhindar dari balasan yang Allah sebutkan pada ayat di atas. [Tfk]

Tonton selengkapnya :

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker