BeritadefaultKhazanah

Beberapa Catatan Kritis

Pluralisme Agama

Dalam Timbangan Keyakinan Muhammadiyah

Oleh : Fathurrahman Kamal

Buku TUNTUNAN TABLIGH Bagian IV Part VI

Beberapa Catatan Kritis

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal penting, yaitu: Arus deras globalisasi yang melanda dunia sejagat, melahirkan respon berupa fundamentalisme keagamaan yang pada tataran tertentu berakibat langsung pada lahirnya terorisme sebagai counter-ideology terhadap ketimpangan multidimensi sebagai akibat langsung dari globalisasi. Dalam konteks ini Fundamentalisme juga disinyalir sebagai kegagalan sebagian muslim dalam berkomunikasi dengan tantangan-tantangan globalisasi yang penuh paradoks. Hal ini berakibat pada suasana keterasingan dan kepanikan yang ditandai dengan resistensi diri terhadap prinsip-prinsip kehidupan global. Resistensi diri termanifestasikan dalam sikap religiusitas yang berlebihan (al-ghuluw) dan menutup kemungkinan komunikasi dengan dunia luar. Dalam konteks pengaruhnya terhadap agama-agama, globalisasi telah melahirkan sedikitnya tiga dampak yang sangat serius; Pertama, menimbulkan perubahan dalam suatu agama. Dalam konteks ini, respon agama terhadap fenomena tersebut berbeda-beda sesuai dengan karakteristik teologis dan doktrinalnya; kedua, menimbulkan interaksi antar agama dan komunitas beragama. Hal ini berakibat pada kesadaran untuk “membaca” kembali doktrin-doktrin tradisional mereka dan juga membuka identitas historis mereka; ketiga,  menciptakan konteks baru bagi berbagai teori pluralisme agama yang merupakan akibat dari interaksi agama yang sangat pesat. Ketiga hal ini kemudian termanifestasikan pada sekelompok elit intelektual di dunia Islam untuk menyelaraskan diri dengan mengadopsi diskursus pluralisme agama yang telah lebih dahulu muncul dan berkembang di masyarakat Barat.

Meskipun pluralisme agama ditujukan untuk membangun sebuah pemahaman agama yang baru demi penyesuaian diri umat Islam terhadap tuntutan-tuntutan globalisasi dan terwujudnya global village dalam bingkai harmoni dan toleransi sesama umat manusia tanpa sekat sosial, budaya, ras, dan agama, tampak bahwa diskursus ini justeru bergulir sampai pada tataran mengeliminasi batas-batas sakral keyakinan masing-masing Agama. Dari data-data yang penulis paparkan ditemukan bahwa diskursus pluralism agama “gagal” menjembatani antara tuntutan doktrinal keagamaan yang baku di masing-masing Agama dan arus globalisasi yng sangat dinamis. Pada tataran tertentu pluralisme agama justeru menegasikan kekhasan masing-masing Agama, lalu meletakkannya dalam frame relativisme, sinkretisme, dan berujung pada afirmasi kesamaan Agama-Agama.

Melalui telaah kritis dan mendalam atas gagasan-gagasan para pluralis muslim khususnya, dapat ditemukan beberapa kelemahan yang sangat mendasar baik dari segi metodologi maupun substansi, diantaranya; Pertama, Inkonsistensi. Terutama yang terlihat secara mengesankan dari alur nalar paham ‘persamaan agama’ ini adalah adanya inkonsistensi teks-teks suci (nushush) yang dijadikan sebagai dalil legitimasinya dengan teks-teks suci (nushush) lainnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Terduga kuat bahwa teks-teks tersebut sengaja dipilih sedemikian rupa secara fragmentatif dan berada di luar konteksnya. Atau hal ini terjadi semata-mata diluar kesadaran (ketidaktahuan). Namun demikian, kedua-duanya secara metodologis adalah cacat. Cacat ini secara tak terhindarkan berakibat negatif pada integritas subtansi pemikiran atau teori itu sendiri, sehingga akan mengesankan adanya teori yang sangat dipaksakan dan mengada-ada.

Kedua, Reduksi. Permasalahan utama yang sering dilontarkan dalam wacana pluralisme agama dan dianggap sangat potensial menyulut konflik adalah absolute truth claim (klaim-klaim kebenaran absolut), sehingga seluruh perhatian dan upaya dicurahkan kepadanya saja. Padahal, truth claim ini selalu berbuntut pada apa yang disebut oleh Ninian Smart “practice-claims” (dimensi praktis agama) sebagai perwujudannya. Paham ‘persamaan agama’ pada umumnya dan paham ‘persamaan agama’ versi pluralis muslim Indonesia khususnya, berhenti pada upaya mencari penyelesaian bagi truth-calim tersebut. Sementara practice-claims yang merupakan bagian lain agama yang tak terpisahkan, terabaikan atau malah samasekali tak terpikirkan. Dan inlah apa yang disebut sebagai pereduksian atas hakekat agama.

Ketiga,Intoleransi. Pluralisme agama tidak menghendaki adanya klaim-klaim agama yang mutlak. Semua klaim-klaim agama adalah relatif. Yang unik adalah pada saat yang sama pluralisme agama hendak mengungguli dan mengatasi klaim-klaim tersebut, atau dapat disebut sebagai klaim “kebenaran relatif” yang absolut. Dengan demikian hanya klaim pluralisme agama saja yang benar. Pada saat pluralisme agama ditawarkan sebagai suatu teologi toleransi, ternyata terbukti tidak toleran pada perbedaan-perbedaan agama yang benar-benar nyata.

Keempat, basis paradigma yang problematis. Barangkali ini menjadi pokok permasalahan yang sangat serius  dalam wacana pluralisme agama. Tidak sulit untuk menemukan bahwa pluralisme agama yang saat ini berkembang sedemikian rupa -seiring dengan kampenye globalisasi dan pasar bebas- telah dipahami dan didesain dalam bingkai sekuler, liberal dan logical positivism­ Barat yang menolak segala hal yang ‘berbau’ metafisis dengan alasan tidak mungkin dibuktikan secara empiris. Oleh karena itu “agama’ dianggap sebatas “human response” (respon manusia), atau apa yang dikenal dewasa ini di kalangan para ahli perbandingan agama (religionswissenschaft), filsaafat agama, sosiologi, antropologi dan psikologi sebagai “religious experience” (pengalaman keagamaan) serta menafikan agama sebagai produk wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala. Selain itu bahwa pluralisme yang dikembangkan saat ini dapat dipahami sebagai bentuk lain dari universalisasi teologi Kristen yang problematis yang pada saat bersamaan sedang berupaya meletakkan landasan teoritis untuk dapat  berinteraksi secara toleran dengan agama-agama lain.

Baca Juga PLURALISME AGAMA Part 5

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker