BeritadefaultIbadah

Puasa Menggunakan Kata “Shiyam” ? Simak Penjelasannya

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA – Di dalam bahasa Arab, puasa dikonstruksi dalam kata ‘Shiyam’ atau menahan diri. Alquran menyebut hal ini melalui Surat Al-Baqarah ayat ke-183. Menurut anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M. Damami Zein, kata ‘shiyam’ bermakna terbatas.

“Jadi menahan itu hanya sifatnya menghalangi untuk sementara. Setelah itu dikembalikan kepada keadaan yang semula,” jelasnya dalam Kajian Jelang Berbuka di kanal Youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah, Ahad (10/4).

Apa yang dibatasi di dalam ‘shiyam’ ini juga secara simbolik terpusat pada dua hal, yaitu menahan nafsu yang datang dari perut dan nafsu dari bawah perut. Sebab, kenikmatan dari dua pintu ini dapat dirasakan secara langsung oleh tubuh dan jiwa manusia.

“Dalam dunia modern, kenikmatan perut ini simbol ekonomi. Kalau tidak ditahan, dibatasi atau direnggangkan sedikit maka manusia menjadi manusia yang tamak. Ini yang membahayakan,” ujar Damami.

Selanjutnya, perut dan kemaluan dalam peradaban modern juga menghasilkan gaya hidup hedonisme yang dikelola oleh kapitalisme melalui berbagai hiburan atau entertainment. Sisi inilah yang ditahan melalui ‘shiyam’ atau puasa Ramadan.

Melalui pengekangan selama satu bulan, puasa Ramadan kata Damami memakai metode yang memaksa manusia melakukan ibadah wajib.

“Oleh karena itu kalau di awal-awal bulan Ramadan dipaksa untuk tidak makan, itu adalah sunatullah untuk mengalahkan ego kita. Paling tidak mengendalikan. Pemaksaan ini bukan sesuatu yang menyakitkan, malah bisa jadi pelatihan. Dengan dilatih maka orang terbiasa sehingga yang dulunya berat jadi semakin ringan,” jelasnya.

Dengan pelatihan shiyam bulan Ramadan, maka umat muslim kata Damami akan lebih mudah dalam beribadah kepada Tuhan. Selain itu, shiyam juga memberi dua manfaat.

“Pelajaran dari menahan diri itu ada dua. Satu, orang suka damai. Orang kalau suka menahan diri kecenderungan damai lebih gampang. Tidak mudah marah, tidak suka berkelahir dan lain sebagainya,” kata Damami.

“Dua, orang yang menahan diri itu biasanya cendrung berdikari, tidak mau menyalahkan orang lain. Kalau ditolong alhamdulilah, kalau tidak ditolong tidak marah. Itulah mandiri. Mandiri itu penting dalam perjuangan. Barang siapa mandiri, maka sulit orang mengalahkan kita,” pungkas Damamai mengutip kisah kemenangan Mahatma Gandhi mengusir penjajah Inggris lewat puasa dan kemandirian

Tonton Selengkapnya : https://www.youtube.com/watch?v=e_iiQmVknRk

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker