Beritadefault

Kiai Dahlan The Living Qur’an; Al Qur’an bukan Sekedar Dalil tapi juga Hidayah

MUHAMMADIYAH.OR.ID, GRESIK – Kesuksesan Muhammadiyah dengan ribuan Amal Usaha (AUM) yang bisa disaksikan sampai sekarang ini tidak lain karena pengamalan dari praktek beragama yang dilakukan oleh pendirinya, KH. Ahmad Dahlan.

Bagi Kiai Dahlan, Al Qur’an termasuk Sunnah bukan hanya sebagai dalil saja, tetapi juga sebagai hidayah. Nash-nash suci tersebut oleh Kiai Dahlan diaktualisasikan dalam realitas kehidupan, menjadi pemandu dalam tindakan dan gerakan amal salih yang abadi sampai sekarang.

Oleh karena itu, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal tidak berlebihan jika menyebut Kiai Dahlan sebagai “the living qur’an”. Hal itu Fathur sampaikan setelah menyimak sejara perjalanan Kiai Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah, dan kehidupan pribadinya.

“Kalau membaca sejarah beliau, boleh saya terjemahkan hidup beliau sebagai the living qur’an, qur’an yang hidup. Qur’an tidak semata-mata dijadikan dalil, tapi hidayah.” ungkapnya pada, Ahad (5/2).

Fathurrahman menjelaskan, jika seorang muslim baru menjalankan perintah untuk salat tapi belum mengamalkan dari konsekuensi salat, maka itu baru menempatkan Al Qur’an sebagai dalil. Namun ketika salat itu efektif untuk mencegah dari kemungkaran, maka di situ baru Al Qur’an disebut sebagai hidayah.

Praktek hidup beragama yang dijalani oleh Kiai Dahlan tersebut merupakan contoh konkrit penggerak Persyarikatan Muhammadiyah dalam menata diri, keluarga, organisasi dan seterusnya dengan panduan dari nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan di dalam Al Qur’an.

Dalam lingkup keluarga, Fathurrahman menyatakan, bahwa bentuk konkrit pengamalan Al Qur’an adalah perhatian dari seorang suami atau istri ke pasangannya, dan juga ke anak-anaknya untuk mencegah mereka dari melakukan suatu perbuatan yang keji dan munkar.

Termasuk perintah supaya tidak berpecah-belah, imbuhnya, juga bagian dari perintah Allah dan Rasulullah. Maka agar wahyu Al Qur’an tidak hanya menjadi dalil, dibutuhkan komitmen bagi seluruh umat Islam supaya tidak berpecah belah dalam kehidupan kebangsaan dan realitas dakwah keumatan.

“Dalam kehidupan masyarakat dan dakwah kita, seruan berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah itu berbanding lurus dengan dinamika perpecah-belahan masyarakat, dua hal yang kontradiktif dalam dalam satu waktu. Omong kosong orang menegakkan Qur’an dan Sunnah tapi gemar memecah belah masyarakat,” tegas Fathur.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker