defaultKhutbah Jumat

Teks Khutbah Jumat: Untuk Mendapatkan Cinta Allah SWT

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن .فَياَعِبَادَ اللهِ أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Segala puji bagi Allah pemilik langit dan bumi, Dialah Allah Tuhan yang hidup kekal dan terus menerus mengurus makhluknya. Raja segala raja, pemilik hari pembalasan, di mana tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya. Kepada Rasulullah Muhammad SAW tercurah shalawat dan salam, lelaki pilihan Allah yang menjadi percontohan terbaik sepanjang zaman, bagi seluruh manusia, di setiap lini kehidupan.

Hendaklah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Mengerjakan perintah dengan segenap kemampuan yang dimiliki, serta menjauhi laranganNya sama sekali.

Hadirin sidang jum’at yang berbahagia

Manusia seluruhnya akan kembali dan dikumpulkan kepada Allah SWT. Diantaranya ada yang mendapat ampunan, rahmat, dan balasan jannatun na’im, dan sebagian lainnya mendapat balasan atas kemaksiatan yang mereka lakukan selama di dunia berupa narun hamiyah. Karena hanya di sisi Allah lah balasan yang lebih baik lagi kekal itu berada, maka tentu setiap hamba ingin mendekat dan dicintai Allah.

Dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, layaknya rembulan di tengah malam, Rasulullah dengan sangat jelas memberikan petunjuk cara mendekat pada Allah, mendapatkan cintanya, serta bagaimana Allah memperlakukan hambanya yang Ia cintai.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ … وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا …

“…dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah  bersabda, “Allah berfirman; … dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan …” HR. Bukhari : 6502

Pertama-tama Allah menjelaskan dengan tegas, bahwa satu-satunya cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan mengerjakan apa yang telah diwajibkan atas hambanya, bukan dengan jalan lainnya. Apa yang Allah wajibkan itulah yang akan dimintai untuk dipertanggung jawabkan pertama kali. Karena Wajib itu pula berarti, yang paling Allah hendaki bagi seorang hamba untuk lakukan sebelum amalan lainnya.

Seseorang tidak bisa disebut ahli dalam melaksanakan shalat sunnah karena shalat rawatib yang senantiasa ia lakukan, apabila shalat fardhu lima waktu justru ia tinggalkan. Shalat fardhu adalah yang paling pertama dihisab saat hari kiamat, sedangkan shalat rawatib tidak menjadi dosa walaupun ia ditinggalkan. Shalat Nawafil sebagaimana namanya adalah tambahan dari shalat fardhu.

Rasulullah pernah melarang seorang sahabat yang memberi wasiat untuk mengeluarkan seluruh, kemudian sebagian hartanya untuk Islam. Hal itu rasulullah lakukan demi menjaga keluarga yang ia tinggalkan agar tidak dalam keadaan lemah, dan terlantar sepeninggalnya kelak. Rasulullah menenangkan, bahwa nafkah kepada keluarga itu pun merupakan sedekah baginya. Demikianlah kewajiban seorang ayah terhadap istri dan anak-anaknya.

Hadirin sidang jum’at yang berbahagia

Maka diikutilah amalan wajib itu dengan amalan-amalan sunnah yang dilazimkan, yang terus menerus dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Timbul perasaan ganjil dalam hati, bila yang harus itu tidak diikuti dengan yang dianjurkan. Beribadah tidak lagi karena terpaksa, namun telah meningkat menjadi syukur dan kerelaan.

Abu Bakar ash-Shidiq adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah, bahkan di antara sahabat-sahabat besar lainnya. Sehingga Rasulullah bersabda apabila Ia boleh mengangkat seorang ‘khalil’ maka Abu Bakar lah orangnya. Demikian keistimewaan Abu Bakar bagi Nabi.

Cinta Allah terhadap hambanya, menjadikan hamba itu mendapat kedudukan dan perlakuan yang istimewa. Diantara perlakuan yang istimewa itu adalah Allah menjaga pendengaran hambanya, sehingga nyaman mendengar kebaikan dan terganggu mendengar keburukan. Dekat dengan suara yang menjadikan pahala, dan jauh dari segala bentuk bunyi yang menghasilkan dosa. Allah menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk memandang, kemanapun ia pergi, tak ada yang ia lihat kecuali apa yang Allah ridha untuk ia lihat saja. Begitu pula dengan tangan dan kakinya. Setiap apa yang ia lakukan, dan kemanapun ia pergi senantiasa berada dalam penjagaan dan tuntunan Allah.

Hadirin sidang jum’at rahimakumullah

Kita ingin mendekat dan mendapat cinta Allah. Alangkah indah perlakuan Allah terhadap orang yang Ia cintai. Telah terang jalan yang harus ditempuh untuk meraihnya. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan istiqamah dalam kita menghamba kepadaNya.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِميْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ والْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Penulis : Ilham Lukmanul Hakim (Fasilitator Korps Mubaligh Muda Muhammadiyah Angkatan 13)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker