BeritadefaultOrganisasi

Ingat Pesan Kiai Dahlan, Mengurus Muhammadiyah dengan Kesucian Jiwa

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA— Dahulu, Kiai Ahmad Dahlan pernah menulis pesan sebagai pengingat kepada dirinya sendiri tentang kematian, selanjutnya isi pesan yang dibuat tersebut untuk mengekang hawa nafsu agar tidak merugi di dunia dan akhirat.

Mengingatkan akan pentingnya pesan tersebut, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal mengajak kepada pimpinan, kader, anggota dan siapapun yang berkecimpung di Muhammadiyah supaya dalam bermuhammadiyah harus dengan jiwa yang suci.

Menurutnya, ajaran tentang kesucian jiwa yang disampaikan oleh Kiai Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah harus dilestarikan. Pesan kematian yang dibuat oleh Kiai Dahlan, kata Fathur, menunjukkan bahwa beliau memiliki kecerdasan ruhani tingkat tinggi.

“Kiai Dahlan dalam pembacaan pribadi saya, saya melihat beliau dia bisa memandang jauh kedepan itu tidak melihat dengan mata ini, tapi dia melihat dengan ‘ainul bashirah (mata batin),” tutur Fathur pada (20/1) di acara Pengajian Karyawan Kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta.

Kemampuan tersebut menjadikan hasil karyanya berupa Muhammadiyah berhasil menembus masa yang panjang, lebih dari seabad. Anugerah atau karomah dalam melihat secara visioner ini tidak semua orang miliki. Akan tetapi, karomah di Muhammadiyah tidak dimiliki secara individu melainkan bersifat jama’i.

“Muhammadiyah ini dijaga Gusti Allah, banyak task case dalam sejarah tapi tidak se konsisten atau se ajeg yang terjadi di Muhammadiyah. Secara komunal, jamaah Muhammadiyah itu mendapat karomah,” imbuhnya.

Berkaca dari berbagai fakta sejarah yang ada di Muhammadiyah, Fathur menyebut di Muhammadiyah akan sulit ditemukan penyimpangan secara jama’i atau organisatoris. Oleh karena itu, dalam mengurus Muhammadiyah harus dengan kesucian jiwa.

Kesucian jiwa tersebut harus diimplementasikan dalam laku hidup sebagai manusia yang bermuhammadiyah. Tidak boleh ada ‘kesyirikan’ dengan membeda-bedakan pelayanan kepada tiap orang. Kesucian jiwa dalam bermuhammadiyah tercermin dalam pelayanan maksimal kepada siapapun tanpa mengecualikan pangkat dan jabatan.

Selain itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga mengingatkan kepada para karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), karyawan kantor Muhammadiyah supaya selalu ingat bahwa dirinya selain sebagai karyawan, juga sekaligus sebagai da’i. artinya segala aktivitas yang dilakukan berorientasi pada kemaslahatan dan untuk Agama Islam.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker