TABLIGH.ID, YOGYAKARTA— “Satu abad yang lalu Kiai Dahlan mengagas arah kiblat yang tepat berbasis pada syariat dan ilmu falak.” Ungkapnya.
Meskipun demikian, Haedar juga menyadari bahwa menjadikan Kalender Islam Global sebagai patokan waktu bersama membutuhkan waktu yang tidak singkat. Bahkan bisa jadi seratus tahun kedepan Kalender Islam Global baru bisa diterima oleh semua kalangan.
“Kalender Islam Global Unifikasi sebagai jalan menyatukan umat Islam di dalam memasuki tanggal dan tahun baru berbasis pada kalender. Sekaligus juga mengurangi perbedaan-perbedaan,” ungkapnya.
Tidak bisa dipungkiri, jika masih belum ada Kalender Islam Global Unifikasi akan terus ada perbedaan dan seringkali perbedaan tersebut memiliki dampak yang sulit dikendalikan. Oleh karena itu, Haedar mendorong untuk silaturahmi dalam mengarus utamakan Kalender Islam Global Unifikasi, meskipun silaturahmi itu panjang.
Guru Besar Sosiologi ini menambahkan, bahwa perjuangan Muhammadiyah untuk Kalender Islam Global Unifikasi merupakan usaha mencari solusi dari perbedaan yang sering terjadi. Perjuangan ini menurutnya juga bagian dari silaturahmi, yakni menyatukan satu kalender untuk semua kaum muslimin di manapun berada.
Maka promosi Kalender Islam Global Unifikasi, kata Haedar, harus disebarkan dengan cara-cara silaturahmi, mengenalkan pemikiran ini dengan kasih sayang, hikmah dan contoh serta argumen-argumen yang baik sebagaimana disebutkan dalam Surat An Nahl ayat 125. Mengenalkan pemikiran dengan silaturahmi juga berdimensi ukhuwah basariah atau universal.
“Sesungguhnya kalau kita ingin mewujudkan itu (ukhuwah basariah) terimalah sistem kalender Islam global itu sebagai wujud dari ukhuwah basariah dan ukhuwah insaniah.” Tuturnya.
Bahkan jika berkeinginan mengekspor Islam Rahmat bagi Seluruh Alam, katanya, satu diantara agendanya adalah mewujudkan Kalender Islam Global Unifikasi. Meskipun ini bukan pekerjaan tidak mudah, akan tetapi Muhammadiyah yakin bahwa Kalender Islam Global ini adalah solusi untuk mengatasi perbedaan.
