BeritaKhazanahMajelis TablighOrganisasi

Di antara Dua Kutub Ekstrem, Muhammadiyah Pilih Wasathiyyah


TABLIGH.ID, YOGYAKARTA — Di tengah pandemi COVID-19, beberapa orang malah membawa kewaspadaan akan wabah ini sebagai ajang untuk mendiskriminasi suatu golongan tertentu. Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal mengatakan bahwa fenomena itu seringkali disebut dengan xenophobia, yaitu ketidaksukaan dan kebencian terhadap kelompok yang berbeda.

“Kita sering menjadi masyarakat yang sensitif, mudah tersinggung, mudah larut dalam konflik, bahkan menafsirkan orang-orang dengan ukuran yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, itu bagian dari gejala xenophobia,” kata Fathurrahman Kamal dalam seminar nasional yang diselenggarakan Universitas Ahmad Dahlan pada Sabtu (06/11).

Fenomena xenophobia ini diperparah dengan adanya disrupsi teknologi-informasi. Salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi dan informasi dalah penyebaran hoax. Kombinasi antara keduanya seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang artifisial, tidak substantif, dan seringkali meributkan hal-hal yang dzahiriyah (permukaan). Pada akhirnya, kebiasaan ini melahirkan individu yang lemah dalam berpikir namun keras dalam bertindak.

“Dunia digital membawa kebiasaan berpikir cepat tanpa ada pendalaman melalui perenungan, yang ada aksi dan reaksi yang artifisial, sehingga masyarakat kita dengan berbagai macam dinamikanya mudah untuk keras, ekstrem, atau dalam bahasa agama ialah al-ghuluw,” tutur dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Fenomena keberagamaan yang semakin “mengeras” dan tidak open mind ini, kata Fathurrahman Kamal, tidak bisa dilepaskan dari arus dinamika global. Karenanya, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah sering mengingatkan betapa pentingnya mengedepankan prinsip wasathiyyah al-Islam atau beragama secara tengahan.

“Muhammadiyah memilih jalan keagamaan dengan wasarthiyyah. Kita tidak perlu terjebak dalam perang definisi, sebab inti dari wasathiyyah ini ialah berdiri di tengah di antara dua kutub ekstrem. Seperti naik perahu, tidak semua penumpang duduk di sebelah kiri atau kanan, melainkan harus seimbang atau tengahan,” kata Fathurrahman Kamal.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker