BeritadefaultMuamalahOrganisasi

Cerita Pengorbanan Besar K.H.A Dahlan Untuk Muhammadiyah

Pada tahun 1922, karena jalannya sekolahan Muhammadiyah yang tidak boleh dihambat pada tiap-tiap tahun mesti terpaksa menambah kelasnya, telah berjalan lebih setahun sekolah Muhammadiyah menyempurnakan pelajarannya dengan tenaga mantri guru yang bevug. Maka sudah barang tentu dengan adanya mantri guru itu Muhammadiyah harus belanja sekolahnya bertambah. Walaupun belanja mantri guru tidak sebegitu besar, yakni 75 gulden, tetapi karena permintaan subsidi mantri guru itu belum berhasil, belanja itu dikeluarkan hanya dari uang sekolah yang telah dibagi kepada guru-guru yang lain dan dari kantong Muhammadiyah. Berhubung kekurangan uang itu, Muhammadiyah terpaksa menderita pinjaman kepada guru-guru yang tidak sedikit dalam perhitungan masa itu, berkisar diantara 300 sampai 400 gulden.

Sudah selama setahun melihat nasib guru-guru yang telah berkurban itu, KHA. Dahlan tidak sampai hati akan mempertangguhkan pembayaran utang itu sampai berapa bulan lagi, maka lalu mengundang kawan Pengurus Muhammadiyah untuk mendaftar barang alat rumah tangganya KHA. Dahlan dari barang yang kecil-kecil barang rumah tangga meja kursi, bangku, kaca tembok, jam tembok, kapstok dan lain-lain. Dari barang-barang pakaian mulai dari terumpah Karsanah, kain sarung palekat, baju-baju dalam dan jas-jas pakaian haris Qamish, jubah dan surban-surban kecuali satu surban, satu jas, dua baju dalam dan dua sarung lama. Seolah- olah KHA. Dahlan bertelanjang diri dan bertelanjang rumah sampai bulat, hanya KHA. Dahlan berjanji seberapa dapat 60 gulden buat beliau, untuk membayar utang yang lain.

Walaupun demikian, tetapi KHA. Dahlan tetap dalam suka ria dan gembira karena penjualan barang-barangnya dapat perhatian orang banyak, sehingga harganya menjadi lebih daripada yang diharapkan. Menurut tafsiran sebelumnya harga itu hanya berkisar 400 sampai 500 gulden saja. Tetapi setelah selesai penjualan ternyata dapat berjumlah sampai 4000 gulden lebih sedikit. Sebab, banyak diantaranya barang barang yang dijual sampai beberapa kali, karena menjualnya barang-barang tersebut secara lelang, openbaar verkoping sekeluarga tidak dengan melalui vandumeester. Penjualan ditutup dengan alhamdulillah dan banyak terima kasih oleh KHA. Dahlan. Namun KHA. Dahlan tetap hanya mengambil 60 gulden saja, sedang yang lain tetap menjadi milik Muhammadiyah untuk menutup utangnya kepada para guru yang sama menderita.

Demikianlah pengurbanan yang suci murni dan ikhlas yang ditujukan kepada usaha keagamaan, Agama Islam, tepat dengan janji Allah Intansurullaha yansurkum, apabila kamu menolong Allah, Allah akan menolong kepadamu. Demikian juga KHA. Dahlan yang sudah berani bertelanjang bulat tidak selang berapa jam atau menit, pakaian-pakaian beliau yang dipandang perlu untuk melayani masyarakat dan agama yang sudah dibeli oleh orang, maka dengan lekas dikirim kembali kepada KHA. Dahlan oleh Allah dengan perantaraan si pembeli, untuk hendaknya dipakai kembali dengan lega dan ridha.

Sehingga keadaan KHA. Dahlan tidak ada perubahan sedikitpun dari keadaan yang telah lalu. Sejak adanya pembelaan KHA. Dahlan kepada Muhammadiyah yang dahsyat itu sungguh sangat mempengaruhi jiwa semangat kedermawanan kepada keluarga Muhammdiyah khususnya dan kaum muslimin simpatisan pada umumnya.

Pada tahun-tahun paruh akhir 1922 banyaklah para dermawan yang mendermakan tanah dan hasilnya kepada Muhammadiyah untuk menjadi miliknya. Tanah dan gedungnya untuk menjadi kantor H.B. Muhammadiyah. Tanah yang cukup untuk pembangunan mushalla ‘Aisyiah, diwakafkan. Tanah diwakafkan untuk bangunan Rumah Miskin. Tanah diwakafkan untuk Gedung Pengajian. Tanah diwakafkan untuk bangunan surau Muhammadiyah. Dan seterusnya dan ada pula yang mendermakan auto-nya untuk kepentingan H.B. Muhammadiyah dan para Bahagiannya, terutama para Muballighin dan Muballighat dan beberapa orang yang menyediakan sepedanya untuk bertabligh.

Sejak sadarnya para hartawan keluarga Muhammadiyah dan para simpatisan akan kewajibannya membantu kepada Muhammadiyah sama menyerahkan miliknya berupa tanahtanah dengan secara wakaf atau mendermakan untuk kepentingan Agama Islam, tertampaklah gerak Muhammadiyah yang bersemangat dan giat usahanya. Banyak objek-objek pembangunan baru, umpanya Mushala Aisyiyah, Gedung Nasyiatul Aisyiyah, Rumah Miskin di Tambakbayan dan lain lain tempat pengajian di kampung-kampung sekitar kampung Kauman sehingga gerak Muhammadiyah kelihatan bertambah ramai dan meriah. Tidak kurang pada tiap-tiap malam 10 orang sama mengunjungi tempat pengajiannya masing-masing di desa dan di kampung-kampung yang sudah tertentu pada tiap-tiap minggu sekali atau dua kali.

Dengan menggunakan persediaan sepeda yang telah sama disediakan oleh yang memilikinya, para mubaligh sama gembira dan giat memenuhi kesanggupannya masing-masing pada hari dan tempat yang telah ditentukan. Dengan lancarnya perkembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah yang ramai dan meriah itu dengan sendirinya Kota Yogyakarta merupakan ibukota tempat Muhammadiyah setanah Jawa pada khususnya dan se-Indonesia pada umumnya.

Dengan semangat ke-Islaman dan semangat Agama Islam, dengan sendirinya pula jiwa persaudaraan keluarga Muhammadiyah makin bertambah suburnya, sehingga pada tiap-tiap datang tamu-tamu dari luar daerah yang menuju kepada kepentingan Muhammadiyah, tidak diperkenankan tinggal di rumah penginapan (hotel) karena tiap-tiap pintu rumahnya pengurus Muhammdiyah selalu terbuka lebar untuk menerima mereka dengan gembira dan segala senang hati, walaupun tamu itu tidak dikenal atau belum, asal ada bukti kepentingan yang dimaksud. Mereka dipersilahkan tinggal di rumahnya, hendaknya dipandang sebagai tinggal di rumah sendiri.

Demikian juga pada sebaliknya, apabila ada pengurus Muhammdiyah dari Yogyakarta yang datang di tempat untuk meninjau atau memang untuk mengurus sesuatu hal yang penting, maka kedatangannya itu disambut dengan semeriah-meriahnya dan dipandang sebagai kedatangan orang tua yang dihormati dengan penghormatan yang sebaik-baiknya. Jadi pada khulasoh-nya, jiwa ukhuwah Islam dalam Muhammadiyah tidak perlu dianjurkan, karena ukhuwah adalah satu-satunya inti sari agama Islam ialah persaudaraan Innamal mu’minuna Ichwatun Fashlihu baina akhwaikum. Maka dengan Islam itulah memperbaiki persaudaraan.

Sumber : Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan : Catatan Haji Muhammad Syoedja’

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker