BeritadefaultKhazanah

MAKNA IMAN

Part 2 Buku: Islam dan Dakwah (Pergumulan Antar Nilai dan Realitas)

MAKNA IMAN

Secara sederhana iman sering diartikan sebagai kepercayaan akan ke-Esaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW, sebagaimana tercermin pada ikrar syahadat. Namun demikian, apakah dengan hanya mengikrarkan syahadat tersebut secara otomatis orang akan menjadi beriman ? Jawaban akan pertanyaan terebut dapat kita gunakan untuk menelusuri hakekat iman.

Pemahaman manusia tentang Allah dapat amat bervariasi. Sebagai mereka memahami Allah sebagai “sesuatu yang di atas”, kepada siapa mereka menyembah. Sebagaian yang lain memahami Allah sebagai Sang Pencipta alam semesta yang permanen dalam kreasi-Nya melalui hukum-hukum-Nya (sunatullah). Sebagian lagi memahami Allah sebagai Yang Maha Suci, Yang Sakral, sehingga tidak patut “ikut dilibatkan” dalam berbagai kiprah keduniaan manusia, dan masih banyak ragam pemahaman yang lain.

Tauhid adalah konsep dasar yang menggambarkan pemahaman akan Allah secara benar dan memadai. Tauhid memungkinkan kehidupan manusia berjaan sesuai dengan kehendak-Nya. Tauhid menyadarkan manusia bahwa dirinya dan apa yang dimiliki adalah kepunyaan Allah, dan ia secara ikhlas menerima Allah sebagai Penguasa dan sumber Kebenaran yang hakiki, yang kehendak dan kekuasaan-Nya meliputi semua alam, termasuk semua aspek kehidupan manusia. Tauhid merentang sejak hidup individual manusia sampai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dalam segala aspeknya.

Uraian di atas mengisyaratkan bahwa pandangan manusia tentang Tuhan akan tercermin pada kedalaman iman seseorang. Pemahaman yang ‘sempit’ tentang Allah akan mengakibatkan ‘kendangkalan’ iman yang tercermin pada pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip ajaran Islam yang sempit pula. Bahkan suatu pemahaman yang ‘luas’ pun kalau tidak lengkap, misalnya hanya menyangkut aspek spiritual (hanya religius sense) saja belum cukup. Keadaan yang terakhir ini akan tercermin dalam kehidupan yang mengkompromikan prinsip-prinsip Islam dengan konsep kehidupan yang lain, termasuk konsep ke-kufur-an. Hanya pemahaman yang tauhidi saja yang mampu memberikan keseutuhan iman.

Pemahaman tauhidi menyadarkan manusia menyiapkan diri untuk tunduk di bawah (submission) kehendak Allah dalam segala aspeknya seperti: kesukaan dan ketidaksukaannya, ide dan cara berfikirnya, keinginannya. Manusia akan menyintai dan membenci, berteman dan memusuhi sesuatu sepanjang sejalan dengan kehendak Allah. Iman yang sejati, dengan demikian mengandung makna:

1. Suatu ketundukan mutlak (full submission) pada Allah, kehidupan dan perbuatannya diabdikan pada kehendak Allah SWT:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡرِي نَفۡسَهُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ ٢٠٧ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah 2: 207-208)

۞إِنَّ ٱللَّهَٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُٱلۡعَظِيمُ ١١١ ٱلتَّٰٓئِبُونَٱلۡعَٰبِدُونَٱلۡحَٰمِدُونَٱلسَّٰٓئِحُونَٱلرَّٰكِعُونَٱلسَّٰجِدُونَٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١١٢

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku´, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (Q.S. At-Tawbah 9: 111-112)

2. Menolak semua kesetian (loyalitas) selain Allah, kecuali loyalitas yang diperkenan-Nya. Allah berfirman :

أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يَزۡعُمُونَ أَنَّهُمۡ ءَامَنُواْ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوٓاْ إِلَى ٱلطَّٰغُوتِ وَقَدۡ أُمِرُوٓاْ أَن يَكۡفُرُواْ بِهِۦۖ وَيُرِيدُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَن يُضِلَّهُمۡ ضَلَٰلَۢا بَعِيدٗا ٦٠

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (Q.S. An Nisa” 4: 60)

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ٣٦

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S. An Nahl 16: 36)

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ ٣

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).”(Q.S. Al A’raf 7: 3)

3. Mencintai Allah lebih dari yang lain, Allah berfirman :

وَمِنَٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”(Q.S. Al Baqarah 2: 165)

4. Mencintai Allah berarti menuruti contoh tauladan Rasul-Nya, Allah berfirman :

قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٢

Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”(Q.S. Al ‘Imran 3: 32)

Dalam menjalani kehidupan, termasuk di dalamnya dalam dakwah dan jihad beliau; dengan demikian tanpa dakwah dan jihad tidak lengkaplah iman seseorang.

Uraian di atas menggambarkan salah satu aspek keimanan seorang mukmin, yaiut iman kepada Allah. Iman kepada Rasulullah, kepada Qur’an, kepada hari akhir, kepada malaikat, dan iman kepada qadha dan qadar, juga mempunyai jabaran konsekuensi yang sama. Satu hal yang penting lagi ialah, bahwa kesemuanya itu saling terkait dan terpadu sebagai kesatuan konsep iman pada diri seorang mukmin.

 

oleh : Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tabligh

baca sebelumnya Hakikat Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker