BeritadefaultKhazanah

Hakikat Islam

Part I Islam dan Dakwah : Pergumulan Antara Nilai dan Realitas

AL ISLAM 

Bagian Pertama: Hakikat Islam

Islam adalah agama Allah yang terakhir, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia. Islam merupakan agama yang sempurna dan diridhai Allah (Q.S. -5:3* B1), yang akan mampu membebaskan manusia dari berbagai belenggu kehidupan, dan akan mengantarkan manusia untuk hidup penuh kedamaian dan kebahagiaan selama hidup di dunia dan selamat di akhirat kelak.

Islam yang berasal dari kata aslama, yang berarti menyerahkan diri kepada Allah secara penuh, akan mampu membebaskan manusia dari berbagai macam belenggu kehidupan yang ‘memang’ dan merenggut kebebasannya. Dengan berserah diri kepada Allah saja (aslama), maka manusia terbebaskan dari belenggu syirik. Manusia kenjadi terbebas dari ketergantungan kepada batu-batu, pohon-pohon besar, roh-roh halus, adat-istiadat yang buruk, benda-benda (materiaistik) dan lain-lain yang mengukung kebebasan manusia. Tanpa berserah diri kepada Allah, manusia akan selalu terikat pada hal-hal tersebut di atas, sehingga hidupnya tidak bebas. Karena itu dengan berserah diri kepada Allah, harkat manusia menjadi terangkat. Manusia lalu mempunyai kedudukan yang tinggi, bahkan tertinggi di antara makhluk-makhluk yang ada di alam semesta ini, dan karenanya pantas diberi kedudukan sebagai khalifah Allah.

Bukhti tentang validitas Islam sebagai ‘pembebas’ di atas dapat dilihat dalam sejarah Nabi Muhammad SAW. Dari kejadian sejarah diketahui bahwa Islam telah mampu membebaskan manusia dari belenggu syirik, kesukuan, adat-istiadat yang tidak manusiawi, kejahilan, kedhaliman, ketidakadilan, kebendaan (materialistik) dan lain-lain yang mengukung kebebasan manusia. Tanpa berserah diri kepada Allah, manusia akan selalu terikat pada hal-hal tersebut di atas, sehingga hidupnya tidak bebas. Karena itu dengan berserah diri kepada Allah, harkat manusia menjadi terangkat. Manusia lalu mempunyai kedudukan yang tinggi, bahkan tertinggi di antara makhluk-makhluk yang ada di alam semesta ini, dan karenanya pantas diberi kedudukan sebagai khalifah Allah.

Bukti tentang validitas Islam sebagai ‘pembebas’ di atas dapat dilihat dalam sejarah Nabi Muhammad SAW. Dari kejadian sejarah diketahui bahwa Islam telah mampu membebaskanmanusia dari belenggu syirik, kesukuan, adat-istiadat yang tidak manusiawi, kejahilan, kedhaliman, ketidakadilan, kebendaan (materialistik). Dengan terbebasnya masyarakat Arab dari sifat-sifat buruk itu, Nabi berhasil membentuk pribadi-pribadi muslim yang istiqomah, keluarga-keluarga muslim yang sakinah dan masyarakat Islam Madinah yang marhamah.

IMAN, ISLAM, TAQWA DAN IHSAN

Islam al-muslimun adalah arti kolektif pemeluk Islam, yang menurut kesaksian al-Qur’an diberikan oleh Nabi Ibrahim (Q.S. -22:78* B2) yang dipercayai sebagai bapak spiritual dari semua agama thauhid. Dengan kata lain, pengikut para nabi sesudah Nabi Ibrahim disebut al-muslimun yang makna intinya adalah mereka yang berserah diri kepada Allah, tidak kepada yang lain. Al-Qur’an sebagai wahyu terakhir membimbing fikiran dan hati manusia agar tunduk kepada kebenaran yang datang dari Allah, atau membangkang sama sekali dengan segala akibatnya (Q.S. -18:29* B3; 17:108* B4). Menurut Qur’an, pilihan itu tidak terletak pada sikap setengah tunduk dan setengah membangkang, tapi pada sikap tunduk sepenuhnya atau membangkang sepenuhnya. Sikap tunduk yang ikhlas disebut islam, sedang kufur adalah sikap pembangkangan, baik terhadap Allah maupun terhadap kebenaran.

Salah satu upaya untuk memahami hakekat Islam, antara lain dapat dilakukan dengan melihat hubungan ihsan. Keempat konsep dasar inilah yang merupakan pilar moralitas Islam. Dengan konsep dasar ini pulalah yang memungkinkan orang dapat memahami hakekat Islam yang sebenarnya (secara objektif), dan menjadi pemeluk Islam yang sejati (secara subjektif).

Iman, islam, taqwa dan ihsan adalam merupakan empat kesatuan konsep yang terpadu, saling tergantung, dan tidak terpisahkan. Sebagai ilustrasi misalnya, iman adalah merupakan fondasi bagi islam, taqwa dan ihsan. Iman yang lemah secara otomatis akan termanisfestasikan pada kelemahan ketiga aspek yang lain. Sebaliknya, tidak mungkin seorang mempunyai ketaqwaan yang sebenarnya tanpa dilandasi iman yang benar, tanpa manifestasi islam, dan tanpa membuahkan perbuatan ihsan.

Penulis: Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tabligh

Baca juga Memperdalam Masukknya Iman

https://m.facebook.com/public/Majelis-Tabligh-Muhammadiyah   IG:Majelistabligh

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker