BeritadefaultKhazanah

Akhlak Pada Zaman K.H. Mas Mansur

Part 6 Buku : Analisis Akhlak Dalam Perkembangan MuhammadiyahOleh : Prof. K. H. Farid Ma’ruf

Akhlak Pada Zaman K.H. Mas Mansur Sebagai Ketua P.B. Muhammadiyah

Part 6 Buku : Analisis Akhlak Dalam Perkembangan Muhammadiyah

Oleh : Prof. K. H. Farid Ma’ruf

 

K.H. Mas Mansur adalah seorang putera kota Surabaya yang alim dalam soal agama dan pandai dalam pengetahuan umum. Beliau belajar ilmu agama ditanah suci Mekah dan pernah menuntut ilmu pengetahuan dinegeri Mesir. Beliau seorang Kyahi yang terkenal cerdas otaknya, cepat memahami sesuatu, mahir berpidato dan pandai bercerita yang menarik, demikian pula beliau mahir dalam gerak badan pecak silat yang tehitung pada waktu itu sebagai kebudayaan santri.

Sifat beliau adalah sabar, rajin dan tekun dalam segala perbuatan, tetutama dalam ibadahnya kepada Allah, sehingga beliau hampir tidak pernah meninggalkan sholat subuh tepat pada waktunya. Beliaupun tiap bulan, secara terus menerus, dipastikan dapat menyelesakan bacaan Al-Qur’an dan kitab Zabidi, ringkasan dari hadits Bukhari. Demikian pula, beliau adalah seorang yang ramah tamah, pandai bergaul kepada siapapun, baik kawan maupun lawan, orang tua, pemuda, bahkan anak-anakpun suka kepadanya, senang bercakap dengan dia, dan ingin mendengarkan cerita yang ia kemukakan. Beliaupun selalu menepati waktu, baik dalam sindang maupun dalam pengajian, dan dalam segala janji-janjinya.

Didalam pergerakan dan perjuangan, disamping beliau menjadi konsul (wakil Pimpinan Pusat) Muhammadiyah daerah Surabaya, pernah diutus ke Kongres ‘Alam Islami di Mekah bersama-sama dengan H.O.S. Cokroaminoto dan K.H. Bakir. Beliau pernah menjadi pemimpin Partai Syarikat Islam, pernah menjadi anggoto P.B. Partai Islam Indonesia dan pernah menjabat Ketua Majelis Islam A’la Indonesia. Dizaman pendudukan jepang beliau terkenal sebagai salah seorang empat serangkai dengan Dr. Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, dan Dr. Ki Hajar Dewantara.

Meskipun beliau banyak menderita padaniyah dan ruhaniyah dalam perjuangannya, namun beliau terus maju kemuka dan pantang mundur sehingga akhir jangka hidupanya. Jadi kalau sekarang ini beliau mendapat penghargaan dari pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional itu telah wajar dan sesuai dengan perjuangannya dimasa hidupnya.

Dikala diputuskan oleh Muhammadiyah supaya beliau meninggalkan kampung halamannya hijrah ke Jogja untuk mejabat ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, maka dengan ikhlas dan jiwa besar ia tunduk meskipun merasa agak berat. Agak berat kami katakan, bukan karena beliau terpaksa mengosongkan rumahnya, membawa isteri dan anak-anaknya ke Jogja, bukan pula karena harus hidup meninggalkan adat lama, mengganti dengan suasana baru, ya bukan itu, akan tetapi beliau agak merasa berta karena :

  1. Meninggalkan tugas dan kewajiban yang telah lama disusun dan dipupuk dengan kawan-kawan seperjuangan di Surabaya.
  2. Meninggalkan tempat pengajian anak-anak dan pemuda di Masjid muka rumahnya. Mereka tengah diasuh dan dididik sebagai kader yang dapat menggantikan kedudukan pemimpin yang telah lanjut usianya.

Muhammadiyah Pada Zaman K.H. Mas Mansur

Pada zaman K.H. Mas Mansur, Muhammadiyah sudah berjalan dengan lancar diseluruh Indonesia, dan telah mengdakan perobahan dalam segi kehidupan masyarakat menurut tuntunan agama dan sesuai dengan ide dan buah renungan K.H. Ahmad Dahlan. K.H. Mas Mansur hanya sekedar meneruskan ide tersebut, menambah dan menyempurnakannya.

Peobahan kearah kebaikan yang berjiwa Islam itu, ialah:

  1. Dalam bidang ketahuidan dan peribadatan
  2. Muhammadiyah menyatakan bahwa beramal dan beribadah harus tidak bertaklid buta.
  3. Bid’ah dalam peribadatan, khurafat dan tahayul dalam ketauhidan meskipun dengan cara yang tidak begitu ekstreem harus diberantas dan disapu bersih.
  4. Ziarah kubur dengan cara-cara yang lumrah pada masa itu ditentang oleh Muhammadiyah, karena menyalahi tuntunan agama.
  5. Perawatan jenazah dengan pesta-pesta diberantas dan disalurkan menurut tuntunan Islam yang sewajarnya. Hendaknya dengan bergotong-royong dan suka rela para tetangga memberikan dan membuatkan makanan bagi yang kematian, karena demikianlah tuntunan Rasulullah. Sedangkan talkin, adzan dan upacara yang melanggar agama semuanya disingkirkan.
  6. Arah orang sholat yang umunya dengan tidak berdasar ilmu, asal mereka menghadap kebarat, maka oleh Muhammadiyah diluruskan kearah qiblat Baitullah yang sebenar-benarnya.
  7. Pembagian zakat, zakat fitrah, daging kurban, yang kesemuanya itu pada umumnya hanya oleh dan bagi orang-orang tertentu tetapi oleh Muhammadiyah digerakkan dan disalurkan bagi dan oleh yang semestinya seperti yang telah digariskan oleh tuntunan agama Islam.
  8. Penebusan dosa dan pengiriman pahala kepada dan bagi seorang yang telah meninggal, diberantas dan dibenarkan menurut tuntunan Qur’an dan Hadits.
  9. Bershalat ‘Id ditanah lapang, yang semula hanya diadakan di masjid-masjid.
  10. Dalam bidang kemasyarakatan
  11. Muhammadiyah mempopulerkan hari tanggal Hijriyah dan hari-hari besar Islam sebelum itu tidak pernah disebut-sebut.
  12. Memperkenalkan ucapan salam dalam pertemuan baik secara perseorangan ataupun dalam rapat dan sidang.
  13. Memulai mengadakan pemisahan tempat dalam rapat antara laki-laki dan wanita dengankain satir atau tabir.
  14. Menggerakkan penyederhanaan dalam peralatan perkawinan dan lain-lain peralatan dengan anjuran agar wang yang hendak dihamburkan dalam peralatan-peralatan itu dipergunakan untuk gerakan yang nyata-nyata bertujuan menjunjung tinggi agama Islam.

III.       Dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan

  1. Muhammadiyah memajukan sekolah-sekolah yang berdasar Islam dengan mengutamakan:
  2. Ajaran-ajaran Islam
  3. Menanamkan jiwa ke Muhammadiyahan
  4. Mewujudkan gerakan pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai lapangan latihan berorganisasi.
  5. Muhammadiyah selalu menggermbirakan penuntutan ilmu umum dengan pengetahuan agama, meskipun dalam Islam dua ilmu itu tidak dibedakan.
  6. Membuat corak baru dalam menuntut ilmu agama dengan cara-cara seperti kursus-kursus dan ceramah disamping pengajian disurau-surau dan dimasjid-masjid.
  7. Gedung-gedung sekolah Muhammadiyah selalu didampingi dengan Masjid atau atau langgar untuk praktek menjalankan sholat.
  8. Memperkhusus tempat-tempat belajar antara putra dan putri yang telah dewasa.
  9. Mengadakan persatuan guru-guru dan pertemuan dengan para walimurid dengan tiada lupa memberikan dasar-dasar Islam didalamnya.
  10. Dalam bidang kewanitaan
  11. Muhammadiyah memberikan kesadaran beramal bagi kaum wanita.
  12. Mendirikan tempat beribadat khusus bagi wanita dengan diberi nama Musholla ‘Aisyiyah, dimana belum ada contohnya diseluruh dunia.
  13. Menggerakan agar kaum wanita menutup auratnya dengan kudung atau makhromah.
  14. Dalam bidang penyiaran Islam

Muhammadiyh memberikan kesadaran berdakwah kepada tiap-tiap Muslim laki-laki dan wanita, sehingga menimbulkan beratus bahkan beribu muballighin dan muballighat yang ikhlas, tidak mengharapkan suatu apa ke cuali keridhoan Allah semata-mata.

  1. Dalam bidang pertolongan

Muhammadiyah memberikan kesadaran wajibnya memberi pertolongan kepada setiap yang sengsara dan menderita. Hingga dengan demikian Muhammadiyah dikalangan masyarakat Islam dikenal yang telah mempelopori mendirikan :

  1. Tempat pemeliharaan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
  2. Balai keshatan.
  3. Persatuan juru rawat Muhammadiyah.
  4. Badan yang memperhatikan pertolongan bagi orang-orang yang terkena bencana.

VII.     Dalam bidang perpustakaan dan tulis-menulis

  1. Muhammadiyah mengadakan buku-buku yang berisikan pelajaran-pelajaran Islam. Diantaranya diperuntukkan pelajaran sekolah atu madrasah dan sebagian untuk umum.
  2. Menerbitkan majallah, almanak buku dan almanak dinding.
  3. Mengadakan persatuan ahli pena dalam Muhammadiyah.
  4. Taman bacaan bagi umum.

VIII.    Dalam bidang kepemudaan

  1. Didikan Isalam lengkap dengan mengamalkan berbagai ibadah, Muhammadiyah mengharuskan agar diberikan kepada para pemuda.
  2. Dengan mengadakan berbagai permainan dan kegembiraan, oleh Muhammadiyah para pemuda dapat diarahkan kepada kesadaran beragama, keinsafan berdakwah dan menolong kepada seama manusia.
  3. Oleh Muhammadiyah dalam bidang kepemudaan ini diwujudkan dengan adanya bahagian kepanduan Hizbul Wathan. Dengan jalan ini Muhammadiyah memperoleh tenaga-tenaga muda yang berjiwa Islam dan sangup melanjutkan pimpinan Muhammadiyah.

Akhlak Menurut K.H. Mas Mansur

Meskipun Muhammadiyah telah lancar geraknya, dan untuk bergerak itu sudah ada pedoman dan tuntunannya, demikian juga perubahan-perubahan dalam masyarakat telh kelihatan meggembirakan, namu K.H. Mas Mansur belum puas sebelum menjiwai para anggota Muhammadiya, terutama para pemimpin dan pengurus-pengurusnya, dengan akhlak yang utama dan moral yang baik.

Beliau K.H. Mas Mansur berpendapat bahwa naik turunnya bangsa dan jatuh jajahan masyarakat itu tergantung kepada akhlak. Kalau bangsa atau masyarakat itu memiliki akhlak yang tinggi tentu bangsa itu akan meningkat derjatnya, sebaliknya bila bangsa itu bobrok akhlaknya dan ruak moralnya, tentu ia akan runtuh dan jatuh kedudukannya. Pendapat beliau itu sesuai dengan pendapat Ahmad Syauqi, ahli Syair Lembah Sungai Nile, yan mengatakan :

Sesungguhnya ummat itu tergantung adanya akhlak; bila hilang akhlaknya lenyap pulalah ummat itu

Lebih lanjut beliau K.H. Mas Mansur menjatakan bahwa akhlak itu ada dua macam, mahmudah (terpuji) dan mazmumah (tercela). Akhlak yang mahmudah harus kita pakai dan yang mazmumah harus kita jauhi. Tinggi dan rendahnya martabat kita tergantung kepada akhlak kita masing-masing. Akhirnya beliau mengemukakan beberapa akhlak yang terpuji, dengan alasan dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits.

Diantara akhlak terpuji yang dikemukakan oleh beliau untuk menjadi dasar melancarkan gerak Muhammadiyah ialah:

  1. Takut kepada Allah Ta’ala ialah suatu dinding yang kuat teguh yang dapat menahan orang akan mengerjakan maksiyat dan suara perkara yang dapat meringankan orang akan menjalankan kewajibannya (Lihat surat al-Hajj ayat 1-2).
  2. Menepati perjanjian, karena menyalahi atau tiada menepati perjanjian adalah suatu perkara yang tercegah dalam agama Islam. Bahkan didalam hadis diterangkan bahwa orang yang merusak perjanjian itu, setengah dari pada golongan orang munafik. (lihat surat al-maidah ayat 1).
  3. Benar, karena kebenaran itu mejadi pokok didalam perbaikan kelakuan dan hanya kebenaran pula yang akan menyebabkan terbukanya pintu diterimanya taubat kita. (lihat surat al-Ahzab ayat 70-71).
  4. Rahmah dan mahabbah kepada sesama hamba Allah, teristimewa kepada sesama mukmin.

Beliau menjelaskan bahwa mahabbah atau rasa cinta-mencintai satu kepada yang lain adalah suatu perkara yang diperintahkan didalam agama Islam. Mahabbah itulah yang menjadi pokoknya kebahagiaan masyarakat dan persatuan masyarkat tidak akan bahagia kalau tidak ada persatuan. Dan peratuan tidak akan terwujudkan kalau tidak ada mahabbah. Setengah dari pada jalan yang menguatkan mahabbah itu salah silaturrahmi menyambung persaudaraan dengan tamu mertamu, dan ifsjussalam memberi dalam satu kepada yang lain.

  1. Menegakkan keadialan, meskipun akan mengenal kepada diri sendiri atau kedua orangtua atau anak saudara sendiri, dan memandang kefamilian (yang biasanya kita bela) atau kepada kekayaan (yang bisanya kita harap-harapkan) atau kepada kefakiran (yang biasanya kita belaskasihi). (lihat surat an-Nisa ayat 135, surat an-Nahl ayat 90, dan surat an-Nisa ayat 57).
  2. Melakukan hikmah kebijaksanaan.

Beliau menjelaskan arti kata hikmah seperti berikut : menurut keterangan salah satu suatu ulama; Himah itu jalan meletakkan sesuatubarang pada tempatnya. Ulama yang lain menerangkan: Hikmah itu ilmu. Ulama yang ain lagi menerangkan: Himah itu kebijaksanaan” yakni melakukan sesuatu perkara dengan tidak tergesa-gesa. Ada pula ulama yang menerangkan: Hikmah itu mengetahui barang yang benar denga ilmu dan fikiran. (lihat surat an-Nahl ayat 125, al-Baqarah 29, Luqman 12, al-Baqarah 251, al-Jumu’ah 2, al-Qamar 4-5).

Akhlak-akhlak yang tersebut diatas kesemuanya diberi alasan dari Qur’an,hadits dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah Islam, dan diberi tuntunan cara mengamalkan. Oleh karena diserukanagar akhlak-akhlak itu jangan menjadi teori belaka, tetapi hendaknya dipraktekkan. Seruan tersebut termaktub dalam bukunya “Tafsir Langkah Muhammadiyah” halam 23, demikian bunyinya: “Hendaklah akhlak-akhlak yang utama itu diterangkan kepada orang umum, dan kepada kaum Muhammadiyah khususnya sejelas-jelasnya dengan dengan diberi tuntunan cara mengamalkannya, sehingga dapat menimbulkan buah”. Tentang iktiar dan cara bagaimana meperbuahkannya terserah atas kebijaksanaan pemimpin masing-masing. Tetapi disini perlu kiranya kami beri sekedar petunjuk:

  1. Akhlak dan budipekerti yang utma itu tidak akan dapat timbul buahnya pada orang yang tidak ada dasar khusyatillah (rasa takut kepada Allah). Sebab itu hendaklah lebih dahulu rasa takut kepada Allah selalu ditebalkan benar-benar.
  2. Diiktiari benar-benar supaya pemimpin-pemimpin kita dapat memegang teguh dan mejadi percontohan di dalam segala akhlak yang dipimpinkannya itu.
  3. Hendaklah jalannya pimpinan dan atau memimpinkannya itu dengan satu persatu, dan jangan samapai dilalaikan sebelum berubah.
  4. Pada waktu menerangkan keperntingan satu-satunya akhlak, hendaklah sedapat mungkin dengan diberinya riwayat yang berhubungan dengan akhlak itu.

Dan ikhtiar beliau menyerukan: “Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya akhlak yang mahmuda dan menjauhkannya akhlak yang mazmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, ya seseorang sekutu Muhammadiyah kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa”.

Meskipun K.H. Mas Mansur telah mempelajari dari buku-buku miliknya tentang filsafat Junani dan tasawuf, dan meskipun beliau sering bargaul dengan tokoh-tokoh yang suka membicarakan filsafat, akan tetapi dalam pembahasan tentang akhlak beliau tidak terpengaruh oleh filsafat dan tasawuf. Tentang akhlak itu beliau selalu mendasarkan kepada Qur’an, hadis dan peristiwa-peristiwa dari sejarah Islam, sealiran dengan Iman Al Mawardi (1). Sebagaimana tersebut dalam kita “Tarikhul Akhlaq” halaman 164:

Diantara mereka kami dapati orang yang aliran agamanya menguasai dirinya dalam tulisannya dan hanya memperhatikan akhlak yang berhubungan dengan ‘amal, memberi alasan dan menguatkannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis-hadis nabi, dan syair seperti Abul Hasan Al Basri Al Mawardi didalam kitabnya “Adabuddunia waddin”.

Dan tersebut pula dalam buku Studies in Muslim Ethics oleh Dr. Dwidght M. Donaldson, halaman  83: in the more advanced examples of Muslim “Adab” writings each chapter begins with saying of the Prophet on a particular subject, which are followed by confirmatory passages from the Quran and illustrative incidents in early Muslim history, and to this will be added apt quotations from the poets. The following selection from Al Mawardi’s (d. A.D.. 1059). Kitab adab al Dunia w ‘I-Din (A book of Secular and Religions Culture”), which he is said lo have written at the age of elghty-six, will be seen to conform to his accepted ontline.

Menurut adab sastra Islam yang telah meningkat, sebagai contoh ialah tiap-tiap pengarang Muslim selalu membutuhkan hadis-hadis Nabi dalam acara yang dibicarakan sebagai permulaan dari tiap-tiap bab, kemudian disusul dengan ayat-ayat Qur’an yang menguatkan, serta dihiasi dengan peristiwa-peristiwa sejarah semasa sahabat dan ditambah pula dengan ukuran-ukiran yang sesuai dari penyair. Pilihan yang akan datang ini dari karang Al Mawardi (meninggal tahun 1058 M) kitab “Adab al Dunia wa’l Din” yang menurut keterangan beliau menuliskan ketika berumur 86 tahun yang sesuai dengan dasar-dasar yang telah disepakati.

Dengan dijelaskan diatas dan contoh-contoh tulisannya, teranglah bagi kita bahwa K.H. Mas Mansur, mengenai sola akhlak, mempunyai pendirian tertntu dan cara menguraikannya mempunyai aliran khusus. Kalau kita mengkaji aliran akhlak dalam lingkungan para ahli Islam ternyata bahwa aliran yang diambil oleh K.H. Mas Mansur sealiran dengan Imam AL Mawardi. Beliau mengambil aliran itu karena beliau sangat mendalam pengertiannya tentang AL Qur;an dan Hadis, dan mempunyai kepercayaan bahwa kedua kitab itu ditambah dengan sejarah Islam dan perbuatan para sahaba, adalah alasan yang kuat dan landasan yang kokoh dalam segala persoalan.

Baca Juga AKHLAK PADA ZAMAN K. H. AHMAN DAHLAN

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker