BeritadefaultKhazanah

Arafah, Idul Adha, dan Pentingnya Kalender Islam Global

TABLIGH.ID, YOGYAKARTA—Diskusi seputar penentuan Idul Adha ada dua pandangan yang berkembang. Pertama, berpandangan bahwa ‘Arafah’ adalah waktu, maka peristiwa Arafah adalah 9 Zulhijah sesuai kalender Islam negara masing-masing. Kedua, berpandangan bahwa ‘Arafah’ adalah tempat, maka peristiwa Arafah yang sedang terjadi di Arab Saudi sebagai rujukan untuk menentukan hari Arafah dan Idul Adha. Ada tiga metode yang selama ini berkembang di Indonesia, yaitu: wujudul hilal, imkan rukyat, dan rukyatul hilal.

Susikna Azhari menjelaskan bahwa berdasarkan data hasil hisab yang dikompilasi dalam Temu Kerja Hisab Rukyat di Yogyakarta tahun 2020/1443 menunjukkan, data awal yang menggunakan markaz Pelabuhan Ratu hasilnya bulan Zulkaidah 1443 H digenapkan menjadi 30 hari karena tidak memenuhi kriteria MABIMS (2,3,8). Sehingga sejak awal dimungkinkan terjadi perbedaan dalam pelaksanaan Idul Adha 1443 H. Namun dengan menggunakan markaz Cibeas Pelabuhan Ratu hasil perhitungan menunjukkan awal bulan Zulhijah 1443 H jatuh pada Kamis 30 Juni 2022. Hasil ini sama dengan perhitungan wujudul hilal yang dilakukan Muhammadiyah.

Dengan demikian wukuf di Arafah pada Jumat 8 Juli 2022 dan Idul Adha 1443 H pada Sabtu 9 Juli 2022. Dalam perjalanannya, sidang isbat awal Ramadan 1443 H, tetiba Indonesia melakukan perubahan kriteria imkan rukyat MABIMS dari 2,3,8 menunju 3,6.4. Hal ini, kata Susiknan, sebagai konsekuensi kesepatakan bersama yang ditandantangani para Menteri Agama di bahwa payung MABIMS.

Berdasarkan kriteria baru ini (3,6.4) maka secara teori data hasil hisab awal bulan Zulhijah 1443 H di atas tidak memenuhi kriteria baru.

Akibatnya, awal bulan Zulhijah jatuh pada Jumat 1 Juli 2022 dan Idul Adha 1443 pada 10 Juli 2022. Selain itu, terang Susiknan, secara teori hasil rukyatul hilal di lapangan tidak bisa diterima dalam sidang Isbat awal Zulhijah 1443 H yang akan digelar pada 29 Juni 2022 dan perbedaan Idul Adha 1443 tidak bisa dihindari.

“Merujuk pada pengalaman sidang Isbat Awal Ramadan dan Syawal 1443 H peran Menteri Agama RI sangat menentukan apakah kebersamaan yang akan diutamakan atau keragaman yang menjadi pilihan. Hal ini akibat dari kesepakatan kriteria baru MABIMS sebatas perubahan kriteria belum dilengkapi garis panduan yang menjadi acuan bersama,” tutur Susiknan pada Rabu (15/06).

Menurut Susiknan, perbedaan hari Arafah bukan hanya di berbagai negara tapi juga di negeri sendiri meniscayakan untuk menghadirkan Kalender Islam Global. Hal ini sebagai upaya untuk mempertemukan kelompok yang berpandangan bahwa Idul Adha mengikuti negara masing-masing dan kelompok yang berpandangan bahwa Idul Adha mengikuti Arab Saudi. Kalender Islam Global berprinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia.

“Tentu saja konsep ini perlu dikaji secara terbuka dengan pendekatan akademik melalui sosialisasi secara berkelanjutan. Jika konsep Kalender Islam Global ini diterima umat Islam maka perdebatan seputar perbedaan Idul Adha dapat diakhiri,” pungkas Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.

Sumber : https://muhammadiyah.or.id/

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker