default

Majelis Tabligh Berfungsi sebagai Penerangan untuk Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan

TABLIGH-ID-YOGYAKARTA – Majelis Tabligh dibawah Pimpinan Muhammadiyah ataupun ‘Aisyiyah perannya sama dengan Menteri Penerangan di Republik Indonesia dahulu.

Perumpamaan tersebut disampaikan oleh Prof. Siti Chamamah Soeratno pada Jumat (6/8) dalam Kajian Majelis Tabligh PP Aisyiyah dan PP Muhammadiyah. Memerankan fungsi penerangan, maka yang disampaikan oleh Majelis Tabligh harus selaras-sebangun dengan yang disampaikan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menurutnya merupakan gerakan memasyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga para kader Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah senantiasa membangun, mengarahkan manusia untuk bahagia.

Semangat membahagiakan tersebut dicapai dengan implementasi dakwah konkrit, termasuk dalam konteks pandemi dakwah yang dilakukan oleh persyarikatan tidak boleh berhenti. Persyarikatan memiliki konsekuensi untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi tercapainya penyelesaian persoalan di masyarakat.

“Menghadapi pandemi ini kita pun harus berdakwah, kita tidak hanya diam saja. Kita harus terlibat karena bagian amar ma’ruf nahi munkar,” katanya.

Berbuat kebaikan untuk membantu menyelesaikan masalah pandemi menurut Guru Besar Ilmu Budaya UGM ini, merupakan panggilan Tuhan. Bahkan, tindakan dalam rangka untuk menyelamatkan jiwa olehnya bisa disebut sebagai jihad.

Prof. Chamamah menegaskan bahwa, tindakan amar ma’ruf nahi mungkar yang dimiliki oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tidak lain adalah untuk menciptakan masyarakat yang bahagia. Di mana dalam menciptakan kebahagiaan tersebut dengan tidak memilah golongan masyarakat, tapi semua harus dibahagiakan.

Kerja kemanusiaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tidak memilah masyarakat dari latar belakang agamanya. Dalam konteks kebangsaan di masa pandemi, ia menyebut bahwa dakwah yang dilakukan oleh persyarikatan kontekstual. Di mana dakwah yang dilakukan adalah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di masa krisis seperti sekarang.

Situasi sulit akibat pandemi covid-19 juga berdampak pada ranah keagamaan, menurut Prof. Chamamah, benturan pemahaman terhadap ajaran agama berkembang. Benturan bisa menjalar bukan hanya antar pemahaman, tapi juga berpotensi akan terjadinya benturan secara fisik.

Sumber : muhammadiyah.or.id

Tonton Selengkapnya di Channel Youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah :

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker